Cari Blog Ini

Jumat, 17 Desember 2010

oh christmas day......... (i want a change)

oh christmas tree,, o christmas tree....
i hope in christmas day, i can be the best than before....
be candle and salt for other people in my live.....

Selasa, 09 November 2010

reSep nikmaT aLa kita-kita....nuGgeT''

Chicken Nugget
(untuk 24 buah)


siapa yang tak kenal dengan nugget..
hmm. rasanya yang nikmat, klo kita melahapnya di saat cuaca dingin...
hmmmmm... gimana kalau kita mempelajari cara membuatnya. caranya seh ga susah amat, let's practice!!!

Bahan :
300 gr daging ayam giling
50 gr keju cheddar parut
2 butir telur dikocok lepas
¼ sendok teh garam
¼ sendok teh merica bubuk
4 siung bawang putih, haluskan

Bahan panir :
100 gr tepung roti
2 butir telur kocok lepas
minyak untuk menggoreng

Cara membuat :
1.Aduk rata daging ayam giling, keju parut, telur, garam, merica, dan bawang putih.
2.Tuang ke dalam loyang persegi 20 cm yg diolesi minyak kemudian dialasi plastik.
3.Kukus nugget selama 20 menit. Angkat. Setelah dingin potong 2 x 2 cm.
4.Celupkan potongan nugget ke dalam telur lalu gulingkan di tepung roti. Lakukan 2kali.
5.Goreng dalam minyak panas sampai matang.

Nugget Ikan

Bahan :
350 gr daging ikan kakap
100 grkeju cheddar parut
3 butir telur
1 sdt garam
½ sdt merica bubuk
50 gr tepung roti
3 sdm bawang goreng

Bahan pelapis :
2 butir telur
100 gr cornflake, diremas-remas
2 sdm wijen
minyak untuk menggoreng

Cara membuat :
1.Blender ikan kakap di blender Philips.
2.Aduk rata daging ikan kakap, keju, telur, garam, merica, tepung roti, susu, dan bwang goreng.
3.Tuang ke dalam loyang persegi 22 x 12 x 4 yg dilapisi plastik.
4.Kukus sampai matang. Potong-potong 2 x 4 cm
5.Celup ke dalam telur lalu gulingkan di campuran wijen dan cornflake.
6.Goreng sampai renyah.

NUGGET

Bahan:
125 gr daging cincang (bisa cincang ayam/sapi/ikan/udang/kepiting
rajungan)
1 lembar roti tawar (lebih baik yg whole wheat bread/roti gandum)
1 bh wortel (diparut)
1 butir telur (dikocok lalu bagi dua)
bw bombay (sesuai selera)
keju parut (sesuai selera)
garam
merica
tepung panir
minyak utk menggoreng

Cara membuat:
- Hancurkan roti tawar sampai halus seperti serpihan (paling gampang sih dihancurkan pake blender chopper) lalu tambahkan cincang ayam + wortel + bawang bombay + keju parut + setengah bagian telur + garam + merica, aduk rata.
- Bentuk nugget sesuai selera lalu celupkan dalam telur (sisanya) lalu gulingkan dengan tepung panir.
- Goreng nugget sampai kuning kecoklatan. Nugget siap dihidangkan.

Untuk variasi, wortel bisa diganti bayam atau sawi putih atau toge. Dan bisa juga nugget diisi potongan keju supaya rasanya makin sedaaap.

Sabtu, 06 November 2010

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH

PENDAHULUAN

Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara disebut “Mega Biodiversity” setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia, yang mana dari setiap jenis tersebut terdiri dari ribuan plasma nutfah dalam kombinasi yang cukup unik sehingga terdapat aneka gen dalam individu. Secara total keanekaragaman hayati di Indonesia adalah sebesar 325.350 jenis flora dan fauna. Keanekaragaman adalah variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumber daya, termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya. Sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka alam, suaka margasatwa,taman nasional, hutan lindung, dan sebagian lagi bagi kepentingan pembudidayaan plasma nutfah, dialokasikan sebagai kawasan yang dapat memberi perlindungan bagi keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi daripada keanekaragaman sumber daya hayati di Amerika maupun Afrika tropis, apalagi bila dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan dingin.

Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia secara keseluruhan ditaksir sebanyak 25.000 jenis atau lebih dari 10 persen dari flora dunia. Lumut dan ganggang ditaksir jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40 persen dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia saja dan tidak terdapat di tempat lain di dunia.

Dari sekian banyak jenis-jenis tumbuhan yang ada sebagian besar terdapat di kawasan hutan tropika basah, terutama hutan primer, yang menutup sebagian besar daratan Indonesia. Hutan ini mempunyai struktur yang kompleks yang menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga memungkinkan beranekaragam jenis dapat tumbuh di dalamnya. Dari sekian banyak jenis tumbuhan yang ada banyak terdapat di dalamnya jenis-jenis yang kisaran ekologinya sama tetapi banyak pula yang berbeda. Jenis-jenis tertentu mempunyai kisaran penyebaran yang luas dan menduduki berbagai macam habitat dan seirama dengan itu pula jenis semacam ini biasanya mempunyai variabilitas genetika yang tinggi.

Dari keanekaragaman sumber daya hayati di hutan primer tersebut tidak hanya terbatas pada jenis tumbuhan berkayu, namun juga ditumbuhi oleh beranekaragam tumbuhan bawah yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. Tumbuhan bawah juga menjadi salah satu bagian dari fungsi hutan. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang sangat tinggi menyebabkan adanya kemungkinan masih banyak jenis-jenis tumbuhan bawah lainnya yang belum teridentifikasi, sehingga kita tidak mengetahui dengan jelas bagaimana keanekaragaman tumbuhan bawah yang sebenarnya.

Dalam hal melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis tumbuhan bawah yang juga merupakan bagian dari keanekaragaman sumber daya alam hayati maka perlu dilakukan pengukuran-pengukuran, baik itu pengukuran secara langsung terhadap organisme yang bersangkutan ataupun dengan cara mengevaluasi indikator-indikator yang ada. Berbagai aspek yang dapat diamati dalam rangka pengukuran keanekaragaman sumber daya hayati adalah: jumlah jenis, kerapatan atau kelimpahan, penyebaran, dominansi, produktivitas, variasi di dalam jenis, variasi atau keanekaragaman genetik, laju kepunahan jenis, nilai jenis atau genetik, jenis asli (alami) atau asing, dan berbagai indikator lainnya.

Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum yang berjudul “Analisis Keanekaragaman Tumbuhan Bawah” ini adalah untuk menghitung dan mempelajari keanekaragaman tumbuhan bawah pada tingkat jenis.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam ekologi umumnya diversitas mengarah ke diversitas spesies, pengukuran melalui jumlah spesies dalam komunitas dan kelimpahan relatifnya. Ide diversitas spesies berdasarkan asumsi bahwa populasi dari spesies-spesies yang secara bersama-sama terbentuk, berinteraksi satu dengan lainnya dengan lingkungan dalam berbagai cara menunjukan jumlah spesies yang ada serta kelimpahan relativenya. Meskipun demikian, diversitas komunitas pada umumnya diukur dengan memakai pola distribusi beberapa ukuran kelimpahan (individu, biomas, atau produktivitas) di antara spesies (Ewusie, 1990).

Aspek ekosistem sebagai suatu kesatuan komunitas biotik dan abiotik perlu dikembangkan dalam pengelolaan hutan tanaman sejenis dan seumur agar tujuan pengelolaan dapat tercapai. Tumbuhan bawah merupakan komponen penting dalam ekosistem hutan yang harus diperhitungkan perannya. Kehadiran tumbuhan bawah diharapkan dapat mengurangi keberatan-keberatan terhadap hutan sejenis dan seumur yang secara ekologis sangat rentan. Komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah ikut menentukan struktur hutan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada fungsi ekologis hutan (Polunin, 1997).

Di daerah yang keanekaragam spesies tumbuhannya besar, disitu sering terdapat jumlah spesies hewan yang besar pula. Hal ini disebabkan dengan cara yang bagaimana pun, setiap spesies hewan mungkin bergantung pada sekelompok spesies tumbuhan tertentu untuk makan dan kebutuhan lainnya. Keanekaragaman tumbuhan bawah dan kecepatan dekomposisi serasah tumbuhan itu berpengaruh terhadap mekanisme kehidupan dalam ekosistem hutan. Dimana tumbuhan bawah berperan penting dalam siklus hara tahunan karena serasah tumbuhan bawah yang dikembalikan pada tanah mengandung unsur- unsur hara yang cukup tunggi (Soemarwoto, 1996).

Komunitas tumbuhan adalah unit-unit alam vegetasi dan merupakan benda nyata dan ini tampak dari kata-kata dalam pembicaraan sehari-hari seperti hutan, padang rumput, dan rawa. Tumbuh-tumbuhan yang akan ditanam di tempat tertentu tidak dapat dipilih secara acak dari flora suatu pulau, tetapi mereka akan membentuk suatu kumpulan yang pasti. Beberapa tumbuhan mempunyai penyebaran ynag luas (Loveless, 1993).

Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah jumlah jenis yang dapat ditinjau dari tingkat sebagai berikut:
1.Pada tingkat gen dan kromosom yang merupakan pembawa sifat keturunan.
2.Pada tingkat jenis yaitu berbagai golongan mahluk ynag mempunyai susunan gen tertentu.
3.Pada tingkat ekosistem atau ekologi yaitu tempat jenis itu melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor biotik dan abiotik.
Makin besar jumlah jenis, makin besar pula keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang terhimpun dalam pelbagai ragam tipe ekosistem berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung pada kehidupan. Dengan beranekaragaman ekosistem, terdapat pula keanekaragaman flora dan fauna. Hal ini juga kan menjamin semakin tinggi pula pembauran genetika yang akan memperkaya keanekaragaman hayati, yang akan mempertinggi pula ketahanan ekosistem terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Keanekaragaman cenderung akan rendah dalam ekosistem secara fisik terkendali biologi (Irwan, 1992).

Suatu kajian ekologi belumlah lengkap tanpa disertai analisis secara hati-hati mengenai asas yang mengatur bagaimana komunitas tumbuhan berkembang dan bagaimana mereka tumbuh untuk mencapai kedudukan tertentu. Dengan kata lain adalah penting untuk mengetahui proses yang menyebabkan adanya keteraturan pada komunitas tumbuhan, agar komunitas itu bukan sekedar merupakan kumpulan tumbuhan. Tampaknya ada tiga faktor besar yang memegang peranan penting. Ketiga faktor itu ialah ketersediaan bahan pembentuk koloni atau bahan penyerbu secara kebetulan, pemilihan bahan yang tersedia dalam lingkungan itu, dan pengubahsesuaian lingkungan itu boleh tumbuhannya. Keanekaragaman berarti keadaan berbeda atau mempunyai berbagai perbedaan dalam bentuk atau sifat. Keanekaragaman spesies di daerah tropika dapat dilihat pada dua tingkatan, yaitu jumlah besar spesies dalam wujud kehidupan sangat berbeda yang tidak titemukan pada bagian lain dunia ini (Mc.Naughton, 1990).

Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap organism. Hal ini menyebabkan kelimpahan relative suatu spesies, yang dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar spesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan system dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas (Irwanto, 2007).

KAYU dan KULIT KAYU

PENDAHULUAN

Latar belakang


Pohon adalah organisme yang kompleks. Dari hasil pembiakan vegetatif atau dari sel telur telah dibuahi yang kemudian tumbuh menjadi embrio yang terselubung dalam suatu biji yang mungil, pohon tumbuh menjadi suatu organisme terbesar hidup di alam. Kayu dibentuk oleh berbagai macam tumbuhan, banyak diantaranya tidak mencapai tinggi pohon. Umumnya pohon didefinisikan sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 15-20 kaki (4,5-6m) atau lebih dengan ciri batang pokok yang tunggal dan bukannya batang yang banyak. Kayu yang dihasilkan oleh tanaman dalam bentuk pohon berguna untuk menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam.

Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-habisnya. Apabila dikelola atau diusahakan dengan cara-cara yang baik. Artinya apabila pohon-pohon ditebang yang ada di hutan untuk diambil kayunya, segera tanah hutan harus di tanam kembali, supaya sumber kayu tidak habis. Kayu dikatakan juga sebagai renewable resources atau sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui misalnya dengan minyak bumi atau barang-barang tambang yang lainnya. Setelah beberapa puluh atau ratus tahun sumbernya akan habis. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain. Dengan kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah sudah diproses menjadi kertas, bahan sintetik, tekstil bahkan sampai daging tiruan.

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan, yangg diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu yang berjudul “ Persentase Kayu dan Kulit Kayu” ini adalah untuk mengetahui persentase antara kayu dengan kulit kayu.

TINJAUAN PUSTAKA

Kayu adalah bahan yang mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, dan ekstraktif mengikut peraturan yang tertentu, secara botani, kayu adalah xylem sekunder. Pembentukan kayu bermula daripada sel yang dinamakan meristem di dalam pokok. Meristem adalah sel di dalam pokok yang berkebolehan untuk senantiasa membagi-bagi menghasilkan lebih banyak sel-sel yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Pokok yang membesar mempunyai dua meristem yang utama yaitu meristem apeks dan meristem sisi. Meristem apeks berfungsi dalam pemanjangan dahan dan akar. Meristem sisi berperan dalam pembesaran pokok secara radial(Rowel and Mansyur, 1998).

Kayu sebagian besar terdiri dari sel-sel pembuluh yang sumbu panjangnya sejajar dengan sumbu panjang batang. Sel-sel ini tersusun atas selulosa dan diikat menjadi satu oleh bahan penyemen yang disebut lignin. Arah sumbu panjang ini diacu sebagai serat kayu dan panjang untuk dikenal karena sifat kayu yang sejajar sangat berbeda dengan yang tegak lurus terhadap serat (Faisal, 2009).

Pohon adalah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan kayu. Karena itu, untuk mengetahui asal botanis dari kayu, perlu diketahui ciri-ciri dari tumbuhan kayu dan klasifikasinya. Ciri-ciri tumbuhan berkayu yakni :
1.Tumbuhan itu harus vaskuler artinya memiliki jaringan konduksi atau jaringan pengangkutan khusus yang terdiri dari xylem dan floem
2.Tumbuhan itu parenial, artinya dapat hidup beberapa tahun
3.Tumbuhan itu mempunyai batang diatas tanah yang hidup dari tahun ke tahun banyak tumbuhan parenial yang batangnya diatas tanah mati, mati pada tiap musim gugur dan hidup dengan akar saja pada musim dingin, kemudian akar ini akan menghasilkan batang baru pada musim semi berikutnya., tumbuhan seperti ini tidak dapat digolongkan menjadi tumbuhan kayu
4.Tumbuhan tersebut harus mengalami penebalan sekunder artinya tumbuhan ini dapat menambah besar batangnya dengan menambahkan riap-riap tumbuh yang baru. Penambahan diameter batang ini disebabkan oleh lapisan-lapisan xylem (kayu) dan lapisan phloem (kulit kayu) (Fricks,1983).

Kayu (xilem) terdapat di sebelah dalam selubung kulit, yang terdiri atas lapisan dalam (floem) dan lapisan pelindung luar (kulit luar). Selama pohon tumbuh, pohon menambahkan kayu yang baru, sehingga memperbesar diameter batang pokok dan cabang. Kulit juga ditambahkan dalam proses pertumbuhan untuk mengganti kulit yang pecah dan mengelupas ketika batang tumbuh bertambah besar (Haygreen dan Bowyer, 1989).

Bagian-bagian kayu adalah sebagai berikut:
1.Kulit luar, lapisan yang berada paling luar berada dalam keadaan kering berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian yang lebih dalam pada kayu.
2.Kulit dalam, lapisan yang berada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah dan lunak, berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun ke bagian lain.
3.Kambium, lapisan yang berada di sebelah kulit, jaringan ini ke dalam membentuk kayu baru, sedangkan ke luar membentuk sel-sel jangat.
4.Kayu gubal, berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan ke bagian-bagian pohon yang lain.
5.Kayu teras, berasal dari kayu gubal, biasanya bagian-bagian sel yang sudah tua dan kosong ini terisi zat-zat lain yang berupa zat ekstrasi.
6.Galih/hati, bagian ini mempunyai umur paling tua, karena galih (hati) ini ada dari sejak permulaan kayu itu tumbuh.
7.Garis teras, jari-jari retakan yang timbul akibat penyusutan pada waktu pengeringan yang tidak teratur.
Kayu terdiri atas beberapa macam sel yang menyusun jaringan-jaringan,memiliki pola tersendiri dalam hal bentuk, susunan serta pengatuannya di dalam kayu ( Dumanauw, 1993).

Kayu Gubal dan Kayu Teras

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pohon adalah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan kayu. Karena itu, untuk mengetahui asal botanis dari kayu, perlu diketahui ciri-ciri dari tumbuhan kayu dan klasifikasinya. Ciri-ciri tumbuhan berkayu yakni :
1.Tumbuhan itu harus vaskuler artinya memiliki jaringan konduksi atau jaringan pengangkutan khusus yang terdiri dari xylem dan floem
2.Tumbuhan itu parenial, artinya dapat hidup beberapa tahun
3.Tumbuhan itu mempunyai batang diatas tanah yang hidup dari tahun ke tahun banyak tumbuhan parenial yang batangnya diatas tanah mati, mati pada tiap musim gugur dan hidup dengan akar saja pada musim dingin, kemudian akar ini akan menghasilkan batang baru pada musim semi berikutnya., tumbuhan seperti ini tidak dapat digolongkan menjadi tumbuhan kayu
4.Tumbuhan tersebut harus mengalami penebalan sekunder artinya tumbuhan ini dapat menambah besar batangnya dengan menambahkan riap-riap tumbuh yang baru. Penambahan diameter batang ini disebabkan oleh lapisan-lapisan xylem (kayu) dan lapisan phloem (kulit kayu)(Admin, 2008).


Dalam bidang pemanfaatan kayu, bagian kayu teras mempunyai nilai lebih dibandingkan kayu gubal karena sifat warna dan keawetan alaminya yang tinggi. Kayu gubal tersusun atas sel-sel yang masih hidup dan terletak di sebelah dalam kambium dan berfungsi sebagai penyalur cairan dan juga sebagai tempat penimbun zat-zat makanan. Sedangkan kayu teras secara fisiologis tidak berfungsi lagi tetapi berfungsi untuk menunjang pohon secara mekanis(Haygreen dan Bowyer 1982).

Kayu teras memiliki warna yang lebih gelap daripada kayu gubal karena adanya kandungan zar ektraktif di dalamnya. perbedaan sifat antara kedua bagian batang ini sangat mencolok sekali, sehingga dengan meningkatnya proporsi kayu teras akan meningkatkan nilai pemanfaatannya dan sekaligus merupakan suatu peningkatan nilai jual (nilai ekonomis) yang sangat besar artinya.

Dalam hal ini, yang lebih ditekankan ialah mengenai kayu gubal dan kayu teras. Kayu gubal ialah bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang masih hidup. Terletak di sebelah kanan kambium. Sedangkan kayu teras ialah bagian kayu yang terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan sel hidup pada lingkaran kayu gubal bagian dalam, disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lain-lain proses kehidupan (Dumanauw, 1990).

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menfetahui persentase kayu gubal dan kayu teras.

TINJAUAN PUSTAKA

Kayu gubal adalah bagian kayu yang terdiri dari sel-sel yang masih hidup yang masih berfungsi. Oleh karena itu, tugas kayu gubal ini adalah menyalurkan bahan makanan dari daun ke bagian-bagian pohon yang lain. Kayu teras adalah bagian dari kayu yang terdiri dari sel-sel yang sudah tua atau mati. Kayu teras ini asalnya dari kayu gubal yang makin tua dan mati, sehingga tidak berfungsi lagi. Kayu teras ini hanya sebagai pengokoh tumbuhnya pohon saja. Kayu teras ini lebih awet dan pada umumnya warna kayu lebih tua daripada kayu gubalnya(Frick, 1983).

Kayu teras atau heartwood merupakan bagian kayu gelondongan yang terletak pada inti kayu. Bagian ini berwarna lebih gelap dibandingkan kayu gubal (sapwood) yang terletak pada bagian lebih luar diameter kagu gelondongan (sebelum kulit kayu). Bagian ini merupakan yang terbaik pada sebuah kayu karena kayu teras memiliki kekerasan yang lebih baik daripada kayu gubal. Pada umumnya kayu teras memiliki serat dan pori-pori lebih padat. Bagian ini sebenarnya adalah serat yang mati. Tentunya pula karena umur kayu teras lebih tua daripada kayu gubal. Hal ini membuat papan kayu teras memiliki kemungkinan menyusut lebih kecil, secara mekanik lebih kuat. Rata-rata sekitar 65-75% dari radius gelondongan merupakan kayu teras (Sunardi, 2007).

Untuk pengujian formasi kayu gubal dan kayu teras di dalam batang pohon sering dapat terlihat oleh adanya perbedaan warna dimana biasanya kayu teras mempunyai warna yang lebih gelap dan terletak pada bagian pusat atau bagian dalam dari batang pohon sedangkan kayu gubal memperlihatkan warna yang lebih terang dan memduduki bagian lokasi sebelah luar batang pohon. Untuk perubahan dari kayu gubal menjadi kayu teras ini disertai oleh pembentukan substansi organik ini dikenal sebagai zat ekstraktif, zat infiltasi dan terutama pada kayu berdaun lebar, pembentukan tilosis juga terjadi pada vesel cell atau pembuluh. Tilosis selain terbentuk secara normal juga terbentuk akibat adanya penyakit akibat kerusakan mekanis atau karena serangan cendawan. Kayu teras mulai terbentuk pada riap tumbuh tertua yaitu pada daerah dekat empelur(pada riap tumbuh pertama). Oleh karena itu, diameter kayu teras variasinya menurun dimulai dari pangkal pohon hingga ke bagian atas pohon jumlah relatif kayu teras dan kayu gubal di dalam pohon (batang pohon) berbeda-beda menurut jenis, pohon, umur, dan keadaan lingkungan tumbuh (Pandit dan Ramdan, 2002).

Kayu gubal adalah bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang masih hidup, terletak di sebelah dalam kambium dan berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbun zat-zat makanan. Tebal lapisan kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon. Umumnya jenis yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal dibandingkan dengan kayu terasnya. Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang. Kayu teras terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan sel-sel hidup pada lingkungan kayu gubal bagian dalam, disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lain-lain proses kehidupan. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung bahan-bahan ekstraktif, yang memberi keawetan pada kayu tersebut, membuat lebih berat dan lebih awet. Akan tetapi, tidak semua jenis kayu yang memiliki zat ekstraktif sudah dapat dipastikan keawetannya (misalnya yang mempunyai kandungan zat gula, zat tepung dan lain sebagainya). Ada 4 macam tipe variasi, dilihat dari susunan kayunya yaitu :
1.Pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu teras dengan nama lain pohon kayu teras. Perbedaan kayu teras dan kayu gubal tampak jelas. Kayu teras mempunyai warna gelap, terdapat di sebelah dalam batang dan bagian luarnya adalah kayu gubal berwarna terang.
2.Pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu masak, tidak memiliki kayu teras. Pada pohon masak dari luar, perbedaan antara kayu gubal dan teras. Pada pohon masak dari luar, perbedaan antara kayu gubal dan teras tidak begitu jelas. Dari luar, perbedaan antara kayu gubal dan teras tidak begitu jelas. Dari luar arah ke dalam kelihatan warnanya makin gelap maka dikatakan masak dari luar.
3.Pohon yang mempunyai kayu gubal seluruhnya, tidak memiliki kayu masak dan kayu teras. Dengan kata lain, pohon kayu gubal yaitu pohon yang mempunyai kayu tidak begitu keras. Seluruh penampang batang adalah tempat penyalur makanan dan mempunyai warna terang.
4.Pohon yang mempunyai kayu gubal, kayu masak dan kayu teras. Kayu masak dari dalam ini mempunyai kayu teras yang kecil lambat laun mambesar. Kelihatan tiga perbedaan dari dalam ke arah luar : teras, kayu masak dan kayu gubal (Dumanauw, 1990).
Kayu ialah bahan yang mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa dan ekstraktif mengikut peraturan yang tertentu. (1) Secara botani, kayu ialah xylem sekunder. (2) Kayu ialah tumbuhan yang menghasilkan biji benih (spermatofit) dan terbagi kepada gymnospermae (kayu lembut) dan angiospermae (kayu keras). Di negara-negara tropikal alamnya dan Malaysia khususnya kebanyakan kayu angiospermae (kayu keras). Struktur yang nyata bagi kayu keras ialah salur yang tidak dipunyai oleh kayu lembut. Salur berperan sebagai medium translokasi sap dan peranan ini diambil alih oleh kayu lembut (Rowel dan Mansyur, 1998).

PENGUKURAN BATAS DAN PEMETAAN DETAIL

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ilmu geodesi memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita yang modern dan juga terhadap cabang ilmu lainnya, seperti perencanaan, pembangunan, pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada. Ilmu geodesi ini juga dapat dipakai dalam penyediaan titik kontrol untuk pemotretan udara dan dalam banyak hal lainnya yang berkaitan dengan bidang agronomi, arkeologi, astronomi, geografi, geologi, seismologi, dan kehutanan terlebih utama. Peranan ilmu geodesi dalam bidang kehutanan antara lain sebagai survey dan pemetaan hasil sumber daya hutan, serta sebagai bidang penataan hutan, survey potensi hutan, dan perencanaan hutan serta pemantauian dan evaluasi pelaksaan pengelolaan hutan dan sebagai teknologi informasi kehutanan.Yang menjadi dasar pengukuran adalah sejumlah titik-titik atau tugu tertentu dengan koordinatnya dan tingginya.
Tujuan pengukuran adalah jaringan triangulasi dilengkapi dengan data-data sehingga kita dapat menggambar peta. Tindakan pengukuran dapat dilakukan dengan cara pengukuran koordinat siku-siku (pengukuran orthogonal), pengukuran dengan koordinat polar dan fotogrametris udara.
Dalam penggambarannya, data dari pengukuran yang didapat dituangkan ke dalam peta. Kata peta berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah taplak meja. Dalam arti luas adalah sesuatu yang ada dituangkan dan dibentangkan sama seperti taplak meja di atas meja. Peta merupakan gambaran pada kertas dimana keadaan permukaan bumi dengan ukuran yang lebih kecil. Peta dewasa ini sudah tidak asing lagi. Peta merupakan miniatur keadaan suatu permukaan. Peta tidak hanya memuat suatu rangkaian keadaan di muka bumi, peta juga dapat dipakai dalam bidang lain.
Di dalam memperoleh data (pemetaan) terdapat dua cara, yaitu :
1.Cara terrestris yang seluruh data ukuran diperoleh dari hasil pengukuran lapangan, dan
2.Cara non–terrestris/fotogrametris dimana seluruh data ukuran diperoleh dari hasil foto udara/peta–peta tematik. Inilah kegunaan peta. Kita bisa mengamati suatu detail keadaan tanpa harus langsung datang ke lokasi sebenarnya.
Penentuan sejumlah titik–titik atau tugu tertentu dengan koordinatnya dan tingginya merupakan dasar dari pembuatan peta. Pengukuran memang merupakan jaringan tringulasi dilengkapi dengan data–data sehingga kita dapat menggambar peta. Tindakan ini dapat mengikuti tiga cara, yaitu :
1.Pengukuran koordinat siku–siku (pengukuran orthogonal)
2.Pengukuran dengan koordinat polar, dan
3.Fotogrametri udara.
Sebelum hasil pengukuran dipergunakan membuat peta, lebih dahulu harus diteliti tingkat kesalahannya. Penelitian dilakukan dengan menggambar poligon utama yang dua kali lebih besar daripada skala yang akan digunakan untuk pembuatan peta, supaya kesalahan yang mungkain dibuat nampak jelas. Penggambaran poligon utama dilakukan di atas kertas yang berkotak–kotak atau kertas millimeter. Untuk melihat kesalahan maka poligon utama digambar di antara tiap titik tertentu yang digunakan pada pengukuran yang disebut dengan seksi. Maka seksi yang salah saja yang akan diukur kembalim.
Guna dan arti peta tidak hanya memperlihatkan letak detail-detail buatan dan lain dalam bentuk alami seperti gunung, sungai, danau, dsb, melainkan memberikan juga bentuk dan keadaan daerah yang biasanya dapat kita lakukan dengan penentuan garis–garis kontur.

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan peta tematik.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam melakukan pengukuran kolam, poligon utama tidak perlu diletakkan di salah satu tepi kolam itu. Yang harus dilakukan hanyalah pengukuran tepi kolam sebagai titik detail dari sebuah poligon yang titik–titiknya dibuat sedemikian rupa, sehingga dari titik–titik poligon yang ditempati oleh alat ukur dapat diukur sebanyak mungkin titik–titik detail lainnya. Adapun cara pembuatan peta adalah sebagai berikut :
1.Penelitian kehalusan pengukuran dengan menggambar poligon utama.
2.Setelah seksi poligon utama dianggap cukup teliti, berulah digambar titik–titik detail yang perlu pada pembuatan peta.
3.Sediakan kertas yang diatasnya telah dibuat titik–titik tertentu yang digunakan pada pengukuran.
4.Pemindahan keadaan dari poligon utama ke kertas peta menggunakan alat yang dinamakan pantograf.


5. Pemindahan dari gambar poligon ke peta adalah pemindahan dari skala besar ke skala kecil.
Pada gambar poligon hanya digambar titik–titik yang bersangkutan dengan pengukuran titik– titik poligon utama dan titik–titik detail, peta tidak digambar di atas peta polygon (Wongsotjitro, 1980).
Pada pembuatan peta terdapat berbagai orientasi pada peta, yaitu :
1.Orientasi pada udara geografi (sistem umum)
Utara peta berdasarkan pada arah utara geografi di titik awal atau titik nol system proyeksi peta.
2.Orientasi peta pada utara geografi (sistem setempat)
Utara peta didasarkan pada utara geografi di satu titik kerangka dasar tertentu.
3.Orientasi peta pada utara magnet (sistem setempat)
Utara peta didasarkan pada arah utara magnet di satu titik kerangka dasar tertentu
Sesuai dengan dimensi areal/persil yang akan diukur, maka pekerjaan pengukuran pada umumnya dibedakan dalam dua bagian pengklasifikasian seperti geodesi (geodetic survey) dan ilmu ukur tanah datar (plan survey). Pada hakekatnya, bola bumi itu mendekati bentuk ellipsoida putar, sehingga untuk pengukuran permukaan bumi kita harus menggunakan metode pengukuran pada bidang yang ellipsoida putar. Jadi dengan demikian pengukuran yang dilakukan di atas permukaan bumi harus mempertimbangkan bentuk lengkung permukaan bumi dan proses perhitungannya pun akan menjadi lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. Pada pengukuran areal yang tidak terlalu luas, lengkung permukaan bumi dianggap tidak terbatas sehingga dapat diterapkan metode pengukuran pada bidang datar dan dengan demikian angka-angka/data-data hasil pembacaan di lapangan dapat diproses dengan cara yang lebih mudah (Irvine, 1980).
Keadaan lapangan pengukuran merupakan salah satu pertimbangan untuk menentukan jumlah jalur poligon cabang maupun sipat datar yang harus dibuat (Moffit, 1980).
Pada suatu garis pengukuran dengan titik–titik mula dan titik–titik akhir sudah kita ketahui, kita mengukur semua titik yang ingin kita ketahui siku–siku pada garis pengukuran (pengukuran orthogonal). Pengukuran dilakukan dari satu posisi alat ukur (kedudukan alat ukur) sudut. Banyak titik yang dapat diukur dari satu posisi titik alat ukur yang dalam pengukuran biasanya menggunakan theodolit, baik digital maupun manual. Metode pengukuran banyak titik dari satu posisi alat ukur dinamakan metode koordinat polar. Metode ini dapat dipakai di lapangan yang cukup curam yang karena kecuramannya pengukuran dengan pita ukur tidak mungkin dilakukan dan ketelitiannya kurang. Metode pengukuran dengan koordinat polar ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan suatu tempat yang memiliki keadaan alam yang bertopografi berbeda-beda. Pengukuran ini dilakukan untuk memetakan suatu tempat secara detail dengan membuat garis–garis jarak yang dihubungkan pada posisi stasiun (tempat alat). Dengan menghubungkan titik–titik yang diukur dengan suatu posisi alat ukur dengan titik–titik yang diukur dari posisi alat lainnya maka dapatlah digambarkan keadaan suatu tempat pada peta (Subagio, 2003).
Penggambaran umumnya dilakukan empat tahapan, yaitu menggambar kerangka dasar dengan menggunakan sistem koordinat kartesius dan menghsilkan gambar titik ikat, nomor titik ikat, ketinggiannya serta garis penghubung antar titik ikat tersebut secara berurutan. Penggambaran ini dilakukan di atas kertas millimeter block. Tahap kedua adalah plotting titik detail dengan menggunakan sistem grafis, yaitu menggunakan argumen jarak, sudut jurusan, dan beda tinggi antara titik ikat dengan titik detail yang bersangkutan. Tahap selanjutnya adalah menarik garis kontur yang didapat dari besaran bilangan skala yang ditentukan. Setelah semuanya selesai, maka hasil gambar ukur tersebut disalin ke atas kertas kalkir (Sinaga, 1992). Peta dengan skala besar sering dinamakan peta kadaster. Peta ini hanya menunjukkan batas–batas suatu tempat yang berupa benda, misalnya pagar, dinding pembatas, dan lain–lain. Batas yang digunakan yang berupa benda tidak selalu batas yang sah. Dalam pengukuran di lapangan sering terdapat rintangan yang menghalangi terlaksananya pengukuran. Hal ini menyebabkan kurang akuratnya data hasil pengukuran yang diperoleh. Rintangan pada pengukuran di lapangan adalah berupa bukit–bukit kecil, pohon, sungai, lintasan jalan kereta api, atau bangunan. Benda–benda seperti ini diusahakan untuk dihindarkan agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat sesuai dengan keadaan lapangan. Peta harus memiliki garis tepi yang relatif lebih tebal daripada semua garis lainnya. Ini akan sangat menunjang penampilan dari peta tersebut (Abidin, 2001).
Dalam pengukuran batas sering terdapat kesalahan yang dilakukan oleh pengamat maupun yang terjadi karena kerusakan alat sehingga menghasilkan pengukuran yang tidak sesuai dengan keadaan lapangan. Kesalahan dalam pengukuran antara lain :
1.Kesalahan besar
Bacaan rambu yang salah, penggunaan benang silang yang salah, pencatatan yang salah, dan penulisan yang salah atau tidak ditulis.
2.Kesalahan tetap
Tidak vertikalnya rambu, kesalahan kolimasi pada rambu, dan kesalahan penskalaan.
3.Kesalahan acak
Pengaruh angin dan suhu tanah, titik tukar dan kesalahan pengamat. (Sasrodarsono, 1992

Pemanfaatan Pala sebagai Tanaman Obat Tradisional

PENDAHULUAN
Hasil hutan non kayu adalah semua hasil hutan berupa benda atau bahan biologis dan jasa yang berasal dari hutan selain hasil berupa kayu atau produk dari kayu. Hasil hutan non kayu ini dapat berupa resin, minyak atsiri, lemak, tanin dan getah, tanaman obat, rotan, bambu, hasil hewan dan jasa hutan lainnya. Kata kunci yang digunakan dalam pengertian hasil hutan non kayu ini adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang berasal dari hutan.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hasil hutan non kayu yang cukup beragam. Salah satu jenis hasil hutan non kayu yang banyak terdapat di Indonesia adalah tanaman obat. Tanamn obat di Indonesia banyak ragamnya, mulai dari penggunaan akar atau rimpang, batang, kulit kayu, daun, buanga, buah, biji, kulit buah, dll.
Dalam makalah ini, contoh tanaman obat yang merupakan salah satu hasil hutan non kayu adalah pala (Myristica fragrans ). Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis lainnya.
Kegunaan pala sebagai hasil hutan yang bernilai ekonomis, ternyata tanaman ini digunakan juga oleh masyarakat sebagi bahan pembutan obat tradisional. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang hingga saat ini masih melestarikan budaya nenek moyangnya terhadap pembuatan ramuan obat tradisional.
Pengobatan menggunakan ramuan herbal tidak mempunyai efek samping, tetapi dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk kesembuhan suatu penyakit. Ketepatan dosis dan aturan pakai pun sangat mutlak dipatuhi untuk memaksimalkan khasiat tanaman atau tumbuhan yang digunakan dalam terapi herbal.
Pengobatan dengan menggunakan tanaman obat relatif murah. Tanaman tersebut dapat diperoleh di sekitar kita atau menanam sendiri. Membelinya juga mudah karena sekarang telah berdiri toko obat khusus yang menjual ramuan herbal atau di pasar-pasar tradisional. Telah banyak penyakit dari ringan sampai berat dapat diatasi tanaman obat.
ISI
A.Morfologi Pala (Myristica fragrans)
Pala ( Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropic yang memiliki 200 species, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota rindang, dengan tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bahagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm dengan panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm.

Klasifikasi tanaman pala:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans
Tanaman pala termasuk golongan tanaman berjenis kelamin tunggal, meskipun terdapat pula tanaman berjenis kelamin ganda. Berumah dua, yang memiliki perbedaan yang jelas antara pohon betina dan pohon jantan. Tanaman pala betina di tandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal (mendatar), sedangkan tanaman pala jantan di tandai dengan cabang-cabangnya yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Keterangan:
A = Pohon pala betina, yang ditandai dengan pertumbuhan
Cabangnya secara horizontal (mendatar).
B = Pohon pala jantan, ditandai dengan cabang-cabangnya yang
mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Di samping tanaman pala jantan dan betina, terdapat pula yang campuran dimana tanaman jantan akan dapat menghasilkan bunga betina, tetapi jarang terjadi tanaman betina berbunga jantan.



Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3 -9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai bulat, panjangnya berkisar antara 1,5 - 4,5 cm dengan lebar 1- 2,5 cm. Kulit biji berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihan sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala.

B.Jenis-Jenis Pala di Indonesia

Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, dan Myristica fattua Houtt adalah jenis-jenis pala yang dianggap penting karena bernilai ekonomis, sehingga jenis-jenis inilah yang banyak diusahakan. Jenis-jenis pala lainnya yang kurang/tidak bernilai ekonomis sehingga jarang diusahakan, antara lain : Myristica malabarica Lam, Myristica specioca Ware, Myristica sucedona 81 dan lain-lainnya.
a. Myristica fragrans Houtt.
Para petani pala kebanyakan menyebutnya sebagai pala asli, jenis ini merupakan jenis umum yang diusahakan di Indonesia. Penyebarannya yang merata ini disebabkan karena pala yang dihasilkan baik dalam bentuk biji maupun fuli, memiliki mutu yang tinggi, karenanya jenis inilah yang paling banyak diminta pasar dunia. Dari jenis ini dikenal pula jenis- jenis pala daerah antara lain:
- Pala Raja, fulinya cukup tebal dengan biji kecil.
- Pala Meraya, buahnya merangkai-rangkai, tetapi jenis ini sudah
sangat langka.
- Pala Bui, bentuk bijinya bulat panjang, berasal dari pohon campuran.
- Pala Pencuri, kulit biji tidak rata dan fulinya tidak menutup buah.
- Pala Holland, dikenal pula dengan nama pala putih karena warna fulinya putih. Fuli ini akan berubah warnanya menjadi kuning setelah di jemur.
b. Myristica argentea Ware.
Jenis pala ini banyak dijumpai di Irian Jaya, tinggi pohonnya mencapai 15 m dan dapat tumbuh pada ketinggian daerah 700 m di atas permukaan laut. Selain Irian Jaya, pala jenis ini juga terdapat di Seram dan beberapa daerah di sekitarnya. Fuli dari jenis ini disebut fuli liar, karena kualitasnya yang berbeda serta aroma kurang halus dibandingkan dengan pala jenis Myristica fragrans Houtt. Kandungan minyak etheris dari fulinya hanya 6,5%. Pala jenis ini terutama dihasilkan menjadi NUT MEG BUTTER. Pala jenis ini termasuk yang mendapat pasaran dalam perdagangan.
c. Myristica fattua Houtt.
Jenis pala ini di Maluku disebut pala jantan atau pala utan, di Pulau Jawa buahnya sering dipakai sebagai ramuan bahan jamu.
d. Myristica specioga Ware.
Banyak dijumpai di pulau Bacan, tidak ekonomis, karenanya tidak banyak diusahakan.
e. Myristica sucedona BL.
Pala jenis ini sering pula disebut pala Halmahera, tergolong pala eksport.
f. Myristica malabarica LAM.
Pala jenis ini berasal dari Malabar, bijinya lonjong, tidak memiliki aroma, karenanya tidak diperdagangkan.

C.Syarat Tumbuh
1.Kondisi Tempat Tumbuh
a.Tinggi Tempat
Tanaman pala, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 700 meter di atas permukaan laut.
b.Tanah
Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan :
- Lapisan atas top soil cukup dalam.
- Cukup tersedia unsur hara.
- Drainasenya baik.
- Udara dalam tanah cukup tersedia.
Tanaman pala juga akan tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organik tinggi. Pada tanah-tanah yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila di imbangi dengan pemupukan dan perawatan yang baik.

2. Iklim Tempat Tumbuh
a. Suhu
Daerah-daerah penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama, yakni berkisar antara 18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang dengan baik di daerah tropis, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi ±20º C sampai 30º C.
b. Curah hujan
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan tajam dan curah hujan tinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya. Curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala ±2175 mm sampai 3550 mm/tahun.
c. Angin
Tanaman pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuai diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan tanaman terganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk tanaman akan jatuh berguguran. Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering keras, penanaman pohon penahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun tanaman pelindung yang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala, karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara.
d.Ketersediaan Air
Tanaman pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada areal pertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian, untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itu tanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup. Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantu
mengatasi ketersediaan air.

D.Manfaat Tanaman
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15 % minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji).
Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan fulinya bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikan dan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya.


Gambar 4. Buah pala
1) Kulit batang dan daun
a.Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.
b.Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
2) Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri
3) Biji pala
a.Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah.
b.Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa
nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah
4) Daging buah pala
a.Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala,
marmelade, selai pala, Kristal daging buah pala.


E.Pemanfaatan Pala sebagai Tanaman Obat Tradisional
Sesuai dengan beberapa manfaat tanaman pala yang terdapat di atas, maka pala dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, diantaranya penyakit reumatik, asam urat, disentri, maag, menceret, menghentikan muntah, mual, mulas, perut kembung, suara parau (penggunaan obat luar) dan insomnia pada anak-anak. Adapun beberapa ramuan obat tradisional yang menggunakan pala (Myristicum fragrans) sebagai bahan bakunya antara lain:
1.Maag
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 1 gram
Buah Pisang Batu (serbuk) 6 gram
Air 100 ml
Cara pernbuatan: diseduh.
Cara pemakaian: diminum 1 kali sekali 100 ml.
Lama pengobatan: diulang selama 30 hari.
2.Menghentikan Muntah dan Mulas
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 1 sendok teh
Garam sedikit
Air secukupnya
Cara pembuatan: diseduh.
Cara pemakaian: diminum bersama ampasnya.
3.Suara Parau (Serak)
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 2 butir
Rimpang Jahe (dikukur) 3 rimpang
Bunga Kuncup Cengkih (serbuk) 7 biji
Air 50 ml
Cara pembuatan: diseduh.
Cara pernakaian: diborehkan pada leher; bila perlu, ditambah minyak kayu putih sedikit.
Lama pengobatan: diperbarui setiap 3 jam.
4.Asam Urat
Jahe merah 15 g
Kulit kayu manis 1 jari
Cengkeh 5 butir
Kapulaga 5 butir
Biji pala 5 g
Daun cocor bebek 4 g
Air 3 gelas
Cara pembuatan: direbus semua bahan sampai airnya tersisa ½ gelas kemudian disaring.
Peringatan: tidak dianjurkan penggunaan dengan takaran berlebihan.

PENUTUP
Kegunaan pala sebagai hasil hutan non kayu yang bernilai ekonomis, ternyata tanaman ini digunakan juga oleh masyarakat sebagai bahan pembutan obat tradisional. Penyebaran pala banyak terdapat di daerah Indonesia Bagian Timur, khususnya di Papua dan Maluku. Pala yang terdapat di Indonesia jenisnya cukup beragam dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hingga saat ini pemasarnnya sampai ke luar negeri.
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Inilah yang menjadi sumber pendapatan bagi petani pala (Myristica fragrans), khususnya yang ada di Indonesia bagian Timur.
Dalam pemanfaatannya sebagai obat tradisional, maka bagian pala yang paling banyak digunakan adalah buahnya. Seluruh bagian buahnya dapat dimanfaatkan. Mulai dari fuli, kulit buah, biji buah.sedangkan untuk penggunaan yang lainnya, seperti minyak atsiri dan kayu bakar, maka yang dapat digunakan adalah batang dan kulit batang dari tanaman pala ini.
Untuk pengobatan secara tradisional atau herbal, pala ini sangat baik digunakan. Namun penggunaannya dengan campuran ramuan lainnya. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan bahan ramuan pala ini, antara lain: maag, asam urat, rematik, batuk atau serak, dan beberapa yang lainnya.
Pengobatan menggunakan ramuan herbal tidak mempunyai efek samping, tetapi dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk kesembuhan suatu penyakit. Untuk itu ketepatan dosis dan aturan pakai pun sangat mutlak dipatuhi untuk memaksimalkan khasiat tanaman atau tumbuhan yang digunakan dalam terapi herbal.
Penggunaan tanaman obat ini sebenarnya sudah diterapkan oleh nenek moyang dari zaman ke zaman denagn memanfaatkan hasil alam kita. Oleh karena itu mari kita lestarikan budaya tradisional kita dalam pemanfaatan hasil alam Indonesia untuk mensejahterakan kehidupan bangsa dan khususnya untuk kesehatan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2008. Tanamn

Minggu, 31 Oktober 2010

El SENYOR

El Senyor es la meva forca, el Senyor el me u cant
ELL m’hacstat la salvacio.
En ell confio in no tine por, en ell confio in no tine por
El Senyor es la meva forca, el Senyor el me u cant
ELL m’hacstat la salvacio.

Di dalam Tuhan kita memeperoleh keselamatan....
hanya kepada-Nya
tangan-Nya tak pernah melepaskan kita sampai kapan pun..
sampai akhir zaman tiba..

mari datang kepada-Nya

Sabtu, 30 Oktober 2010

Love You Forever..........

Disaat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu

Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.



Disaat daku menumpahkan kuah sayuran di bajuku,

Disaat daku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu,

Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu,

Membimbingmu untuk melakukannya.



Disaat daku dengan pikunnya mengulang

Terus-menerus ucapan yang membosankanmu,

Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku

Dimasa kecilmu, daku harus mengulang dan mengulang terus

sebuah cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali

hingga dirimu terbuai dalam mimpi



Disaat daku membutuhkanmu untuk memandikanku

Janganlah menyalahkanku, Ingatlah dimasa kecilmu

Bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi.



Disaat daku kebingungan menghadapi hal-hal baru

Dan teknologi modern,

janganlah menertawaiku.

Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab

Setiap “mengapa” yang engkau ajukan disaat itu.



Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,

Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku.

Bagaikan dimasa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki

Untuk belajar berjalan.



Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita,

Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya.

Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku,

Asalkan engkau berada disisiku untuk mendengarkanku,

Daku telah bahagia.



Disaat engkau melihat diriku menua,

Janganlah bersedih.

Maklumilah diriku, dukunglah daku,

Bagaikan daku terhadapmu

Disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan



Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini,

Kini temanilah daku hingga akhir jalan hidupku.

Berilah daku cinta kasih dan kesabaranmu,

Daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur.

Di dalam senyumku ini tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.



Walaupun seseorang telah melakukan beribu-ribu kebajikan,

Tetapi tidak melakukan bhakti kepada ibu dan ayah, kebajikannya hanyalah sia-sia belaka.



Sumber: leafleat new era

LKTIN (Lomba Karya Tulis Nasional) 2010 Berhadiah Total 50 Juta Rupiah!

LKTIN (Lomba Karya Tulis Nasional) 2010 Berhadiah Total 50 Juta Rupiah!


Jakarta Water Front City Research Centre (JWFC-RC) adalah pionir pembentukan riset kelas dunia dari Universitas Indonesia untuk mendukung Jakarta sebagai kota bercirikan pantai dimana Jakarta tidak hanya mampu mendukung ilklim investasi dan pergerakan ekonomi melalui pengembangan kota yang terintegrasi, namun juga Jakarta sebagai konservasi budaya dan khususnya lingkungan.

Oleh sebab itu, Jakarta Water Front City Research Centre (JWFC-RC) bekerjasama dengan GARUDA Youth Community (GYC) kini resmi membuka sebuah kesempatan emas bagi seluruh mahasiswa/i se-Indonesia tingkat D3-S1 dari berbagai jurusan dan universitas untuk mengikuti:

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH (LKTI) NASIONAL 2010
dengan tema:
“Pengembangan Jakarta sebagai Water Front City Berwawasan Lingkungan”

10 Finalis akan dipilih untuk kemudian mengikuti rangkaian tur ekskursi gratis selama 3 hari 2 malam di Jakarta dan turut mengikuti acara bersepeda bersama keliling Jakarta bersama tokoh masyarakat, GREEN FUN BIKE yang akan digelar sebagai puncak acara.

3 pemenang utama masing-masing berkesempatan mendapatkan:

Juara I : Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) + Trophy Pemenang + Sertifikat + Tur 3 Hari 2 Malam Gratis di Singapura

Juara II : Rp. 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) + Trophy Pemenang + Sertifikat

Juara III : Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) + Trophy Pemenang + Sertifikat

GYC juga masih membuka kesempatan bagi mahasiswa/i se-Indonesia untuk turut ambil bagian dalam kepanitiaan lomba bergengsi ini.

Untuk mahasiswa/i UI silahkan mendaftar menjadi salah satu bagian dari divisi kepanitiaan yang ada dan untuk mahasiswa/i di luar UI bisa menjadi ‘campus manager’ kami. Info lebih lanjut silahkan lihat di:

http://lktinasional2010.wordpress.com/2010/08/21/rekrutmen-panitia-lomba-karya-tulis-ilmiah-lkti-nasional-2010-pengembangan-jakarta-sebagai-water-front-city-berwawasan-lingkungan/

Untuk informasi lebih lanjut silahkan lihat di wesbite resmi kami:
http://lktinasional2010.wordpress.com/

Atau email kami di nomor:
jwfcitynasional@yahoo.co.id


LATAR BELAKANG

Perkembangan peradaban manusia banyak ditemukan di daerah pesisir. Hampir 60% dari penduduk dunia tinggal dalam radius 60 km dari pantai dan 2/3 kota-kota besar dunia terdapat di wilayah pesisir. Hal serupa juga terjadi di Indonesia.

Fakta di atas menunjukan bahwa daerah pesisir memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat ekonomi, di tengah fungsi lainnya sebagai konservasi biota dan ekosistem pesisir dan laut.

Kemajuan pesat yang terjadi menjadikan kawasan pantai pun menjadi padat dan lahan yang tersedia semakin terbatas, seperti di Pantai Utara Jakarta.

Kebutuhan yang tinggi terhadap lahan untuk pemukiman dan kegiatan ekonomi di daerah Pantai Utara Jakarta membuat pengembangan kota Jakarta sebagai water front city menjadi sebuah solusi yang tidak bisa dielakkan.

Pengembangan dengan mode demikian sudah dilakukan sebelumnya di Singapura, Jepang dan Belanda untuk meningkatkan perekonomian nasional sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain dalam menghadapi ketatnya persaingan global.

Namun, pengembangan demikian di kawasan Pantai Utara Jakarta justru berbuntut pada degradasi lingkungan, seperti rusaknya hutan mangrove di sekitar pantai sebab teknologi yang digunakan di Indonesia belum berwawasan lingkungan.

Oleh sebab itu, diperlukan inovasi/pemikiran baru dari seluruh mahasiswa/i baik program diploma maupun program sarjana dari perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia untuk memberikan alternatif teknologi pengembangan Jakarta sebagai water front city yang berwawasan lingkungan.

Acara ini juga diselenggarakan untuk memeriahkan program kampanye lingkungan melalui kegiatan bersepeda yang diadakan secara masal di kota Jakarta, GREEN FUN BIKE 2010.

TUJUAN

Menciptakan buah pemikiran baru atau inovasi teknologi pengembangan Pantai Utara Jakarta sebagai water front city: pusat ekonomi dan bisnis serta wilayah konservasi biota pesisir dan laut, dan tentunya kawasan wisata sekaligus sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Menyukseskan penghijauan lingkungan hidup dalam rangka pencegahan kepunahan sumber daya lingkungan dan pemanasan global di kawasan Pantai Utara Jakarta.
Menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyampaikan ide/gagasan tentang penghijauan di sekitar Pantai Utara Jakarta.

TEMA

Lomba Penulisan Karya Ilmiah ini berskala nasional dan bertemakan:

“Pengembangan Jakarta Water Front City yang Berwawasan Lingkungan”

Adapun sub tema perlombaan ini yaitu:

“Program pengembangan/penelitian teknologi reklamasi pantai untuk memberdayakan Pantai Utara Jakarta sebagai pusat ekonomi, sosial, budaya, wisata dan konservasi flora dan fauna di sekitar pesisir”

PESERTA LOMBA

Peserta Lomba adalah mahasiswa aktif jenjang D3 – S1/sederajat di PTN/PTS di Indonesia.
Karya ilmiah dapat ditulis secara perseorangan atau kelompok maksimal 3 orang yang berasal dari universitas/perguruan tinggi yang sama.

PROSEDUR PENULISAN

Penulisan karya ilmiah yang diharapkan adalah berupa sebuah penemuan gagasan/teknologi, hasil penelitian, pengembangan dari hasil sebelumnya, atau kegiatan yang bersifat aplikatif dan bukan normatif. Karya ilmiah harus dilengkapi dengan desain master plan penggunaan lahan melalui reklamasi pantai dari sebuah areal pantai di daerah Jakarta Utara.
Penulisan diketik dengan huruf ‘Times New Roman’ besar 12 pt jarak 1,5 spasi menggunakan kertas HVS A4 dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, ditulis minimal 15 halaman termasuk lampiran.
Penelitian ilmiah yang dikirim harus asli disertai 3 (tiga) rangkap salinan hardcopy dan softcopy (dalam CD), CV dan kartu tanda mahasiswa masing-masing penulis, formulir peserta, dan surat keterangan dari dekan masing-masing, dimasukan ke dalam amplop coklat bertuliskan “Lomba Karya Ilmiah Nasional Pengembangan Jakarta Water Front City yang Berwawasan Lingkungan 2010’ di pojok kiri atas.


SELEKSI PRESENTASI

10 karya ilmiah yang terpilih akan diumumkan di pertengahan bulan Oktober dan akan menjadi milik Panitia yang dapat disebarluaskan melalui media massa untuk kepentingan penelitian lanjutan maupun publikasi.
Para finalis/perwakilan tim akan diundang untuk mempresentasikan penelitian ilmiahnya, dengan membawa:
- Foto ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar.
- Foto copy kartu mahasiswa sebanyak 3 lembar.
- Surat keterangan dari Dekan / Ketua Jurusan.
Para finalis diwajibkan membawa materi presentasi berupa lembaran transparan atau flasdisk/CD yang merupakan intisari hasil penelitian serta membawa contoh hasil penelitiannya maupun alat peraga hasil ciptaannya.
Para finalis yang tidak hadir pada saat presentasi dinyatakan gugur/mengundurkan diri.
Seluruh akomodasi dan transportasi peserta yang terpilih akan ditanggung oleh panitia. Biaya untuk keperluan pribadi bukan menjadi tanggung jawab panitia. Untuk yang mendaftar sebagai tim, hanya akan dipilih satu orang mewakili tim.

JADWAL KEGIATAN

1. Batas Penerimaan Karya Tulis : 3 Oktober 2010
2. Seleksi Substansi Karya Tulis : 4 Oktober – 11 Oktober 2010
3. Pengumuman Finalis : 11 Oktober 2010
4. Technical Meeting: 29 Oktober 2010
5. Seleksi Presentasi Karya Tulis Finalis dan Field Trip: 29-31 Oktober 2010
6. Pengumuman Pemenang dan Penyerahan Hadiah : Minggu, 31 Oktober 2010

HADIAH PEMENANG

- Setiap Finalis akan mendapatkan Piagam Penghargaan. Untuk peserta lomba yang tidak masuk ke dalam nominasi 10 finalis mendapatkan sertifikat peserta.

- Setiap finalis wajib mengikuti kunjungan studi (field trip) selama 3 (tiga) hari berturut-turut yang diakhiri dengan puncak acara green fun bike di Jakarta.

- Finalis yang terpilih sebagai pemenang terbaik I, II dan III akan diberikan penghargaan berupa Piagam Penghargaan, Trophy Pemenang dan Dana Pembinaan sesuai dengan peringkatnya, dengan rincian sebagai berikut (tentatif):

Juara I : Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) + Trophy Pemenang + Sertifikat + Tur 3 Hari 2 Malam di Singapura

Juara II : Rp. 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) + Trophy Pemenang + Sertifikat

Juara III : Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) + Trophy Pemenang + Sertifikat

LAIN-LAIN

1) Semua karya tulis yang masuk kepada panitia tidak akan dikembalikan.

2) Penilaian juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

3) Informasi lebih lanjut, dapat menghubungi panitia ke email: jwfcitynasional@yahoo.co.id
atau hubungi: VICA - 08979590004
Terbuka: Semua isi dapat dibaca umum.

Selasa, 26 Oktober 2010

Dendodaus: Suaka Margasatwa Dolok Surungan

Dendodaus: Suaka Margasatwa Dolok Surungan: "Suaka Margasatwa  Dolok Surungan Suaka margasatwa Dolok Surungan merupakan gabungan dari dua kawasan hutan yaitu hutan Dolok Surungan deng..."

Jumat, 15 Oktober 2010

TIPS JITU ANTISIPASI STRES...

BYE-BYE STRES!!!!!!!!!

HMM....
TUGAS KULIAH YANG “WAH”, UJIAN, PRAKTIKUM, OMELAN ORANG TUA, DOSEN, TEMAN, AMBEKAN PACAR, IDE-IDE YANG SUPER GILA DARI TEMAN... HUFT...., MASIH BANYAK LAGI YANG MAU DIPIKIRKAN,, MASIH BANYAK LAGI YANG MEMBUAT MUATAN OTAK INI BERTAMBAH... “STRESSSSSS” COME ON!!! BUANG SEMUA STRES.....!


Stres. Katanya sih simpel. Cuma 5 huruf yang terdiri dari S,T,R,E,S. Tapi maknanya dalam banget dan rasanya wah sungguh tidak enak! Kalau ditanya soal stres, begh... hari gene??? Masih zaman ga ya?? Zaman kali ye...

Kalau mau membahas stres, mendingan kita berpikir untuk membuangnya jauh-jauh. Ntar yang ada malah jadi ikutan stres lagi. Ogah ah!!!
Stres hanya menimbulkan efek negatif, tidak pernah memberikan dampak positif. Bahayanya lagi, kadang stres itu suka datang menumpuk. Stres yang satu belum hilang, malahan yang satu udah datang lagi. Ya ampun...!!!! susah...!!!
Oleh karena itu, buat apa cari-cari stres. Daripada stres mikirin stres, lebih baik kita mikirin bagaimana cara untuk membuang stres jauh-jauh... yuk,, mari!!!

Kenali sumber stres yang kamu hadapi!
Ayo,, diingat-ingat lagi, dirunut one by one peristiwa apa saja yang sudah kamu lalui. Kamu stres karena apa saja. Hayo..??? it’s important! Kenapa? Karena dengan mengenali dari mana sumber stres kita, kita kan lebih gampang untuk mengatasinya.

Terbuka
Excelent!!! Berdasarkan berbagai penelitian yang ada, ditemukan fakta bahwa orang yang lebih rentan terkena stres itu adalah orang yang sering memilih untuk diam dan memendam masalahnya sendiri. Masuk akal dong?? Why not??? Kalau kita mau membukakan masalah kita dengan orang lain, seperti sahabat, orang tua, teman, atau dengan orang yang dapat kita percaya, maka otomatis beban stres yang kita milki akan terbagi juga ke orang lain. Setidaknya kadar stres yang kita miliki berkurang.
So, mulailah belajar untuk mengutarakan kepusingan dan ketegangan yang hanya membuat kita stres itu pada orang yang dapat kita percaya mulai sekarang. Kalau tidak, belajar mengutarakan via cara lain juga bisa.
Zaman udah maju. Di era globalisasi ini, kamu bisa berbagi cerita di dunia maya. Contohnya, dengan nge-blog. Kamu bisa utarain semua apa yang kamu rasakan saat ini. Sesuaikan saja dengan sikon yang kamu hadapi.

Choose and Trash
Ayo introspeksi diri lagi! Pasti banyak kan hal-hal yang tidak penting yang ada dalam pikiranmu. Hmm, atau coba list semua kegiatan/planning kita. Asal kamu tau saja, hal yang demikian ini nih yang sebenarnya suka mengganggu hidup kita. Why? Karena hal-hal yang kurang penting, bahkan yang tidak penting seperti inilah yang justru membuat kita “terobsesi” nggak ketulungan.
So, mulailah benahi diri. Pilih-pilih lagi hal-hal yang benar-benar realistis dan berpeluang besar untuk dicapai. Buat apa memikirkan yang tidak akan bisa dicapai “Bagai si cebol merindukan bulan”. Jangan sampai deh.... (cape deh!!!)
Mendingan buang ke laut saja semua yang tidak penting itu.

I’m not a superpower!
Kata-kata ini bukan untuk menunjukkan kalau kita itu pasrah. Cuma, jangan pernah ingin jadi orang ynag serba bisa! Pasalnya, memang tidak ada orang yang bener-bener ‘bisa’ dalam segala lini. “No body is perfect, guys”. Jadi, kalau ada yang complain sama hasil kerja kamu, atau karena ada hasil yang tidak sesuai dengan harapan.... ya santai saja!!! Kamu bisa langsung perbaiki pelan-pelan kan? Sesuaikan dengan kemampuan yang kamu miliki. Tidak perlu mengikuti standart orang lain. Kan setiap orang kemampuannya beda, ya toh??? “ Be yourself”.

Positive thinking
“Apa yang kamu pikirkan, maka itu yang akan terjadi” Wah... bisa gawat dong kalau begitu... Hmm, ternyata statement tuh ada bener dan ga benarnya juga lho.
Percaya ga sih? Kebenarannya di mana ya?
Ternyata pikiran itu memiliki kekuatan yang dahsyat, fren. “Dia” bisa mengatur dan mengendalikan kita. Udah sama seperti otak dong kalau begitu...
Kalau ga percaya coba saja flashback. Ketika kita. Ketika kita berpikir bahwa kita tidak mampu untuk menyelesaikan suatu masalah, maka kita benar-benar tidak akan mampu menyelesaikannya. Tapi kalu kita berpikir bahwa kita bisa.... hmm, SKAK MAT!!! Untuk masalah itu.
Nah, begitu juga dengan kasus stres yang dihadapi. Orang tua yang super cerewet atau diktator, dosen killer,m temen yang bukan kaya temen, rival yang suka cari gara-gara atau bahkan pacar yang suka cemburuan, dll. Kalau kita selalu bawaannya berpikir bahwa oarang-orang ini suka reseh, menyebalkan, dll., kita bakalan jadi tambah stres dan yang paling gawatnya lagi saraf kita bisa putus setiap kita stress. Hayo, mau ga ???
Finally, biasakan selalu untuk berpikir positif. Buang jauh-jauh semua netthing (negative thinking). Tidak perlu ditabung. Karena pikiran ynag positif akan memunculkan keyakinan berkali-kali lipat lebih bagus dalam diri kita. Dan yang paling amazing lagi, kita bisa lebih fresh lagi dengan berpikir positif. Pasti mau dong??? ^_^

Take a break
Istirahat. Istirahat yang dimaksud bukanlah seperti tidur. But, mengosongkan sejenak isi otak! Alihkan perhatian sebentar untuk memberikan istirahat sebentar terhadap si proccesor yang suntuk. Kasihan otak ini selalu menjalankan tugas yang berat. Sekali-sekali harus merasakan relaksasi juga dong. Kalau tidak, bisa-bisa otak juga akan menguap dan bahkan bisa berasap. TIDAK!!!
Banyak kegiatan-kegiatan seru yang dapat kita lakukan untuk menenangkan pikiran dari stres dan kejenuhan. Misalnya dengan bercanda bareng teman, bermain game, menonton DVD seharian, berenang, jalan-jalan bersama keluarga, teman, atau pacar, mendengarkan musik slow dengan tenang, atau apa saja yang dapat membuat kamu happy dan fun. Kalau kamu melakukannya dengan total, dijamin otak yang fresh akan segera jadi milik kamu kembali.

Melakukan hal-hal yang dasar
Hal-hal dasar yang bisa kamu lakukan sebenarnya gampang banget.
Makan makanan bergizi: 4 Sehat 5 Sempurna
Tidur 8 samapi 9 jam setiap malam. (tapi apa mungkin seorang mahasisewa mempunyai jam tidur yang begitu panjang? Hmm, coba dikaji lagi. Hari gene, tidur 8-9 jam? Seorang mahasiswa? Ga banget tau!!!)
Olahraga minimal dua hingga tiga puluh menit, tiga kali setiap minggu. Kalu tidak sempat olahraga dengan waktu yang lama, setidaknya minimal ada pergerakan tubuh, sehingga tubuh tidak hanya ‘tidur’. Misalnya dengan naik turun tangga di kampus, atau lompat-lompat di kamar, atau mungkin dengan jogging di halaman rumah.
Pastinya hal yang demikian sudah sering kita dengar kan? Tapi, sering pula kita mengabaikannya. Karena memang kita malas, atau ada sesuatu yang menghalangi.
Nah, mumpung ada waktu, coba deh lakukan hal-hal yang sudah disebutkan tadi. Dijamin, kamu pasti akan lebih rileks dalam menanggulangi masalah. So,, kamu bisa katakan “Bye-Bye Stres...!!!” (melisa)

Sabtu, 09 Oktober 2010


LAPORAN PRAKTIKUM  EKOLOGI HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
2010

PENGARUH ALLELOPATI BEBERAPA TUMBUHAN TERHADAP PERKECAMBAHAN JAGUNG (Zea mays)




PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan dan diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
            Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara. Itulah sebabnya mengapa kita perlu mempelajari pengaruh alelopati ini terhadap tumbuhan lain.
Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk mengendalikan gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme. Penggunaan pestisida yang berasal dari tumbuhan bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia sintetis, bahan alami  mudah terurai sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau air, dan oleh karena itu tidak menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun non-produksi yang alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan dapat dikatakan tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia, dan murah bagi petani sehingga petani tidak perlu menambahkan input dari luar.
Diperkirakan ada sekitar 641/2 juta hektar padang rumput di Indonesia, di mana sebagian besar Imperata. Di Indonesia nampaknya Imperata bukan merupakan jenis tumbuhan alamiah. Hampir seluruhnya terbentuk ada di ladang karena rumput-rumput ini akan merupakan saingan bagi tanaman budaya dan akan merupakan tanaman yang tidak disenangi bagi ladang-ladang yang baru saja dibero karena rumput-rumput ini akan menghambat penghutanan kembali sehingga akan memperlama waktu bero yang diperlukan sebelum tanah tersebut bisa digarap kembali. Sifat-sifat dari tanaman ini yang sangat membutuhkan banyak sinar, tingginya tanaman, kecepatannya tumbuh, dan daun-daunnya yang rimbun, kesemuanya merupakan faktor saingan bagi tumbuhan rumput yang telah ada di tempat-tempat seperti itu (Dove dan Martopo,1987).
Gulma adalah tanaman tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuh di antara tanaman pokok. Beberapa gulma sering menjadi inang hama dan penyakit tanaman tertentu atau mengandung zat tertentu (zat allelophaty) yang dapat merugikan tanaman pokok. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Perbedaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas yang ditanam, dan tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman (Djojosumarto, 2001).
Untuk melihat lebih lanjut dan langsung mengamati perngaruh allelopati dari    alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium), dan pinus (pinus merkussi) terhadap perkecambahan jenis tumbuhan lain, maka dilakukan suatu percobaan. Dimana dari jenis tumbuhan alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia   (Acacia mangium), dan pinus (pinus merkussi) akan dibuatkan suatu ekstrak yang kemudian didalamnya akan dimasukkan beberapa jenis biji tanaman. Dan dalam percobaan ini jenis biji yang akan digunakan yaitu biji Kacang Hijau, jagung dan sengon.

Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan atau pertumbuhan jenis tumbuhan lain.


TINJAUAN PUSTAKA
            Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia. Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Indriyanto, 1999).
            Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap factor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang sustu jenis tanaman mengeluarkan suatu jenis senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman lain dan mungkin juga dapat  mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya sendiri, dan inilah yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal dengan allelopati (Onrizal. 2008).
Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan secara interaksi biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tunbuhan lainnya. Interaksi antara gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan  lain sebagainya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelophaty, senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi allelophaty dapat ditemukan di setiap organ tumbuhan, antara lain terdapat pada: daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji dan umbi serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol. Species gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa-senyawa beracun adalah alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lencophyella, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus dan lainnya. Sehingga gulma merupakan persaingna lami yang kuat dengan daya kecambah yang tinggi dan lahan tahan terhadap gangguan tanah, pertumbuhan cepat, daya regenerasi kuat (gulma tahunan), tidak peka terhadap sinar matahari yang kurang akibat penaungan tumbuhan lain, tingkat absorpsi dan penggunaan unsur hara dan air yang besar, dan daya penyesuaian terhadap iklim yang luas. Gulma yang menimbulkan persaingan berat terhadap tanaman adalah yang memiliki tajuk dan perakaran yang luas dan banyak, pertumbuhan yang cepat, waktu berkecambah dan pemunculan yang lebih awal dari tanaman, kerapatan yang cepat meninggi dan berjalur fotosintesis C4 (Sukman dan Yakup, 1995).
Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan gulma tahunan yang keberadaannya sangat tidak dikehendaki oleh kaum petani khususnya. Tumbuhan ini banyak terdapat di lahan pertanian di daerah tropis dan subtropis. Alang-alang dapat menghasilkan hormon alelopati, yaitu zat yang dapat mematikan tumbuhan lain. Akibat pada suatu lahan dapat terjadi monokultur, dan yang ada hanya alang-alang. Dengan mengacu pada kemampuan alelopati untuk mematikan tumbuhan lain, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati yang terdapat pada rimpang alang-alang terhadap pertumbuhan gulma teki (Cyperus rotundus) (Wijaya, 1998).
Pengaruh allelopati bagi tumbuhan:
1.      Menghambat penyerapan hara oleh akar tanaman
2.      Menghambat pembelahan sel
3.      Menghambat pertumbuhan tanaman
4.      Menghambat aktivitas fotosintesis
5.      Memacu atau menghambat respirasi
6.      Mempengaruhi sintesis protein
7.      Menurunkan permeabilitas membran
8.      Menghambat aktivitas enzim
9.      Menghambat fiksasi N dan nitrifikasi (Soejono, 2007).
Kehadiran tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia seperti penghambat pertumbuhan spesies lain di sekitarnya. Pengaruh bahan kimia dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat sama sekali, pertumbuhan terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan yang sama sekali terhambat maka akibatnya dapat terlihat dari bentuk daerah yang gundul disekitar tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia itu. Gejala ini sering disebut allelopati (Ewusei, 1990).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian yang berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian terpenting sebagai sumber allelokimia adalah akar dan daun. Eksudat akar berperan aktif dalam pengaturan sismbiosis dan proteksi tumbuhan terhadap mikroorganisme. Dalam interaksi allelopati, tumbuhan donor menggunakan metabolit sekunder yang dikeluarkan akar ke rizosfir untuk mengganggu pertumbuhan tumbuhan lain di sekitarnya (Bais et al., 2004).
Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya.Pertumbuhan jagung banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor genetic dan lingkungan, diantara faktor lingkungan adalah adanya persaingan dengan gulma. Pertumbuhan gulma disekitar tanaman jagung perlu dikendalikan karena menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen (Kurniawan, 2006).
Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain atau mikroba. Ini merupakan topic yang kontroversi (bertentangan). Masalahnya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh allelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji ataupun bibit tanaman lain. Terlepas dari kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak tersebut sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi (Fitter dan Hay, 2000).





METODOLOGI

Waktu dan Tempat
            Adapun Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul “ Pengaruh Allelopati Beberapa Jenis Tanaman Terhadap Perkecambahan dilaksanakan pada tanggal 18 September – 24 September 2010  , pukul 14.00 WIB di Ruang Laboratorium Ekologi Hutan, Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat
                        Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica), pinus (Pinus merkussi) dan daun akasia (Acacia mangium), sebagai bahan pembuat ekstrak.
  2. Biji jagung, biji kacang hijau, biji sengon, sebagai bahan percobaan (biji yang akan dikecambahkan).
  3. Air, fungsinya untuk membasahi kertas merang sebagai media tanam.
  4. Kertas merang, sebagai bahan media tanam.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Blender atau mangkok penggerus, fungsinya sebagai alat penghalus bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica), pinus (Pinus merkussi) dan daun akasia (Acacia mangium).
  2. Pipet tetes, fungsinya untuk meneteskan ekstrak pada gelas aqua yang berisi biji kacang hijau dan biji kacang merah.
  3. Kertas saring, fungsinya untuk menyaring ekstrak.
  4. Gelas ukur, fungsinya untuk mengukur volume ekstrak..
  5. Pisau atau gunting, fungsinya untuk memotong bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan daun akasia (Acacia mangium).





C. Prosedur kerja
  1. Dibuat ekstrak alang-alang dan akasia dengan cara sebagai berikut :
a.       Dihancurkan dan dihaluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebut dengan mangkok penggerus atau blender.
b.      Dibuat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air, dengan perbandingan baigan tumbuhan : air adalah 1 : 7, 1 : 14, dan 1 : 21 dan dibiarkan selam 24 jam. Setelah 24 jam, saringlah ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
  1. Diletakan biji kacang hijau, jagung dan sengon pada gelas aqua, masing-masing 3 biji. Sebelumnya di dalam gelas aqua sudah dimasukkan kertas merang yang dibasahi dengan air.
  2. Disiram sebanyak 5 ml ekstrak allelopati ke dalam gelas aqua yang telah berisi biji kacang hijau, jagung dan sengon..
  3. Dipilih kombinasi perlakuan oleh masing-masing kelompok, biji kacang hijau, jagung, dan sengon dengan perlakuan (kontrol dan perlakuan ekstrak dengan salah satu konsentrasi 1 : 7, atau 1 : 14, atau 1 : 21).
  4. Tiap kelompok terdapat 3 (tiga) perlakuan dengan masing-masing perlakuan 3 (tiga) ulangan.
  5. Diamati perkecambahan biji-biji tersebut selama 1 minggu, tentukan persen kecambahnya dan ukur panjang kecambahnya.
  6. Dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap gunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian ekstrak bahan allelopati terhadap respon tumbuhan.









HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
            Berdasarkan hasil pengamatan dan pendataan yang dilakukan terhadap percobaan maka diperoleh data sebagai berikut :
  1. Perlakuan ekstrak Pinus merkusii terhadap Zea mays
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
5,54
0,32
3,01
7,77
16,64
2
4,82
-
0,64
7,04
12,5
3
7,04
-
1,52
6,44
15
Total
17,4
0,32
5,17
21,25
44,11
Faktor koreksi
= V2
    12
= (44,11)2 = (1948,33)2 = 162,36
       12               12
 Jangkauan kuadrat tengah (JKT)  
= [(5,54)2+ (4,82)2 +(7,04)2+ (0,32)2 +(3,01)2+ (0,64)2 +(1,52)2 +(7,77)2 +(7,04)2     +(6,44)2] - (162,36)
= [(30,69)+ (23,23) +(49,56) +(0,10) +(9,06) +(0,40) +(2,31) +(60,37) +(49,56) +(41,47)]- (162,36)
= [(266,75)-(162,36)]
= 104,39
Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
= [(17,4)2 + (0,32) 2 + (5,17)2 + (21,25)2] - 162,36
                               3
= [(302,76) + (0,10) + (26,72) + (451,56)] - 162,36
                               3
= (7,81,14) - 162,36  = 260,38- 162,36  = 98,02
         3

Jangkauan Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT − JKP
            = 104,39-98,02
= 6,73

TABEL ANOVA
Sk
db
JK
KT
F. Hit
F.Tabel
P
4 − 1 = 3
98,02
32,67
38,89
4,07
G / E
4 (3 − 1) = 8
6,37
0,84


Total
(4 − 3) − 1 = 11
104,39
9,49



  1. Perlakuan ekstrak Akasia (Acacia mangium)  terhadap jagung (Zea mays)
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
5,54
5,14
7,03
6,87
24,58
2
4,83
3,43
6,04
2,16
16,46
3
7,04
7,46
2,71
6,91
24,12
Total
17,41
16,03
15,78
15,94
65,16




Faktor koreksi
= V2
   12
= (65,16)2 = (4245,826) = 353,819
       12                12

 Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(5,54)2 + (5,14)2 + (7,03)2 + (6,87)2 + (4,83)2 + (3,43)2 + (6,04)2+ (2,16)2 + (7,04)2 + (7,46)  + (2,71)2 + (6,91)2] - (353,819)
= [(30.69) + (26,42) + (49,42) + (47,20) + (23,33) + (11,76) + (36,48) + (4,67) + (49,56) + (55,652) + (7,34) + (47,75) ] - (353,819)
= [(390,272) - (353,819)]
= 36,453

Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
=[ (17,41)2 + (16,03)2 + (15,78)2 + (15,94)2 ] – 353,819
                                    3
=[ (303,108) + (256,961) + (249,008) + (254,084) ] – 353,819
                                    3
= (1063,161) – 353,819 
         3
= 354,387 – 353,819
= 0,568

Jangkauan Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT − JKP
            = 27,932 – 0,568
= 27,364







TABEL ANOVA
Sk
db
JK
KT
F. Hit
F.Table
P
4 - 1=3
0,568
0,189
0,055
4,07
G / E
4 (3-1)=8
27,364
3,4205


Total
(4 - 3) - 1 = 11
36,453
3,31



     3.      Perlakuan ekstrak Alang-alang  terhadap Zea mays
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
5,54
4,85
9,65
8,68
28,59
2
4,83
6,22
8,01
8,44
27,52
3
7,04
6,34
8,85
5,4
27,53
Total
17,41
17,41
26,51
22,52
83,64
Faktor koreksi
= V2
   12
= (83,64)2 = (6995,65)2 = 582, 971
       12                12

Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(5,41)2 + (4,85)2 + (9,65)2 + (8,68)2 + (4,85)2 + (6,22)2 + (8,01)2 + (8,44)2 + (6,94)2 + (6,34)2 + (8,85)2 + (5,4)2] - ( 582, 971)
= [(29,27) + (23,52) + (93,12) + (75,34) + (23,52) + (38,69) + (64,16) + (71,23) + (48,16) + (40,20) + (78,32) + (29,16)] - (582,971)
= [ (614,69) - (582,971) ]
= 31,719
Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
= [ (17,41)2 + (17,41)2 + (26,51)2 + (22,52)2] – 582,971
                                    3

= [(303,108) + (303,108) + (702,780) + (507,150)] – 582,971
                                    3

= 605,382 – 582,971
= 22,411

TABEL ANOVA
Sk
db
JK
KT
F. Hit
F.Tabel
P
4 - 1=3
22,411
6,66
4,562
4,07
G / E
4 (3-1)=8
11,71
1,46


Total
(4 - 3) -1 = 11
31,69
2,88



Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, maka dapat dapat dilihat bahwa F.hitung yang lebih besar daripada F.tabel, yaitu untuk F.Hitung pada ekstrak pinus (Pinus merkusii) adalah 38,89, sedangkan untuk F.Hitung pada ekstrak alang-alang (Imperata cilindryca) adalah  4,562 dan untuk ekstrak akasia (Acacia mangium) adalah 0,055 maka dapat diamati bahwa yang berpengaruh besar terhadap perkecambahn jagung dalam percobaan ini adalah ekstrak pinus.
Allelopati yang berasal dari pinus berpengaruh terhadap perkecambahan jagung. Allelopati yang dihasilkan dari ekstrak tersebut sangat berpengaruh pada perkecambahan. Hal ini sesuai dengan literature yang dikemukakan oleh                                       Indriyanto (1999), yang menyatakan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
            Dari pengamatan terhadap  percobaan, diketahui bahwa bagian daun alang-alang (Imperata cylindrica), pinus (Pinuss merkussi) dan akasia (Acacia mangium) terkandung senyawa kimia yang bersifat menghambat pertumbuhan (allelopati) dari perkecambahan biji jagung (Zea mays). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryanto (2007), yang menyatakan bahwa sebagai allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusukan, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan.
            Namun pada percobaan praktikum ini, dapat dilihat bahwa allelopat dari ekstrak akasia kurang berpengaruh nyata pada perkecambahan jagung. Hal ini dapat dilihat berdasarkan F.hitung untuk ekstrak akasia hanya 0,055. Yang berarti nilai F hitung kedua ekstrak ini lebih kecil daripada F.tabelnya. 
            Pada objek pengamatan ini, maka dapat diamati juga wadah percobaan allelopati untuk jagung yang diberi ekstrak pinus warnanya lebih pekat dibandingkan dengan kedua ekstrak lainnya. Dapat dipastikan ini juga ynag mempengaruhi allelopati pada perkecambahan jagung.
Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan mengalami gangguan berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil. Dan dalam percobaan ini allelopati dari alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) dibuat dalam bentuk ekstrak (eksudat). Pengaruh bahan kimia dapat menyebabkan pertumbuhan sama sekali terhambat, pertumbuhan terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan yang sama sekali terhambat, maka akibatnya dapat terlihat dalam bentuk daerah gundul di sekitar pohon yang menggetahkan bahan kimia itu. Gejala ini sekarang dikenal sebagai allelopati. Jelas kiranya bahwa allelopati dapat merupakan faktor dalam suksesi tumbuhan, dalam kemenonjolan spesies tunggal, dan dalam pembentukan pola nabatah  pada umumnya.
Untuk hasil percobaan ini, sudah dapat diketahui bahwa allelopati tersebut berpengaruh nyata terhadap perkecambahan  jagung (Zea mays). Namun untuk hasil lebih jelasnya, percobaan ini sebenarnya belum akurat, karena keadaan ynag terjadi di alam sebenarnya tak semudah dengan percobaan ini. Hal ini sesuai dengan Fitter dan Hay (2000), yang menyatakan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak tersebut sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi. 
Setelah dilaksanakan percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa allelopat yang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung (Zea mays) adalah allelopat dari pinus (Pinus merkusii) dan Alang-Alang (Imperata cylindrica).  Dan yang paling berpengaruh sekali adalah allelopat dari Pinus. Untuk allelopat dari akasia sifatnya kurang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung ini.
           
           














KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1.  Pada daun alang-alang (Imperata cylindrica), pinus (Pinuss merkussi) dan akasia (Acacia mangium) terdapat senyawa kimia yang bersifat racun (allelopati).
2.  Allelopati berpengaruh nyata terhadap perkecambahan jagung (Zea mays) .
3.  Ekstrak pinus (Pinuss merkussi) sangat tinggi pengaruhnya terhadap perkecambahan jagung (Zea mays).
4.  Ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) berpengaruh terhadap perkecambahan jagung (Zea mays)
5.  Ekstrak akasia (Acacia mangium) kurang pengaruhnya terhadap perkecambahan jagung.
6.  Allelopati merupakan produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain.

Saran
Disarankan agar praktikan lebih teliti pada saat pembuatan ekstrak, agar hasil pada perkecambahan lebih akurat dan maksimal, selain itu disarankan juga agar praktikan jeli pada saat pengambilan data agar hasil perhitungan yang diperoleh maksimal.











DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S . 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Bais, H. P., S. W. Park, T. L. Weir, R. M. Callaway dan J. M. Vivanco. 2004. 'How Plants Communicate Using The Underground Information Superhighway'. http://plants.trends.com. [ diakses pada tanggal 15 September 2010 pukul 19.46 WIB)
Djojosumarto, P. 2001. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta

Dove,M.R. dan S.Martopo. 1987. Manusia Dan Alang-alang Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Fitter, A.H dan R.K.M.Hay. 2000. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Indriyanto. 1999. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta

Kurniawan. 2006. Pengaruh Alelopati Gulma Teki (Ciperus Rotundus) dan Alang-Alang( Imperata cylindrica) Terhadap Kadar Proteind Serat Kasar Hijau Jagung (Zea Mays L.). PS. September 2006. Jakarta

Onrizal dan Kusmana,C. 2005. Ekologi Hutan. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Salampessy, N.S.M,1998, Pengaruh Allelopathy Pohon Titi (Gmelina Mollucana,   Back) Terhadap Perkecambahan Beberapa Jenis Tanaman Tumpang Sari, Universitas Pattimura, Ambon (Skripsi, tudak dipublikasi)

Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta

Wijaya, F.H. 1998. Pemanfaatan Allelopati Pada Rimpang Alang-Alang (Imperata cylindrica) sebagai herbisida Organik Pengendali Gulma Teki (Cyperus rotundus). SMU Nusantara .Magelang