Cari Blog Ini

Sabtu, 06 November 2010

Pemanfaatan Pala sebagai Tanaman Obat Tradisional

PENDAHULUAN
Hasil hutan non kayu adalah semua hasil hutan berupa benda atau bahan biologis dan jasa yang berasal dari hutan selain hasil berupa kayu atau produk dari kayu. Hasil hutan non kayu ini dapat berupa resin, minyak atsiri, lemak, tanin dan getah, tanaman obat, rotan, bambu, hasil hewan dan jasa hutan lainnya. Kata kunci yang digunakan dalam pengertian hasil hutan non kayu ini adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang berasal dari hutan.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hasil hutan non kayu yang cukup beragam. Salah satu jenis hasil hutan non kayu yang banyak terdapat di Indonesia adalah tanaman obat. Tanamn obat di Indonesia banyak ragamnya, mulai dari penggunaan akar atau rimpang, batang, kulit kayu, daun, buanga, buah, biji, kulit buah, dll.
Dalam makalah ini, contoh tanaman obat yang merupakan salah satu hasil hutan non kayu adalah pala (Myristica fragrans ). Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis lainnya.
Kegunaan pala sebagai hasil hutan yang bernilai ekonomis, ternyata tanaman ini digunakan juga oleh masyarakat sebagi bahan pembutan obat tradisional. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang hingga saat ini masih melestarikan budaya nenek moyangnya terhadap pembuatan ramuan obat tradisional.
Pengobatan menggunakan ramuan herbal tidak mempunyai efek samping, tetapi dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk kesembuhan suatu penyakit. Ketepatan dosis dan aturan pakai pun sangat mutlak dipatuhi untuk memaksimalkan khasiat tanaman atau tumbuhan yang digunakan dalam terapi herbal.
Pengobatan dengan menggunakan tanaman obat relatif murah. Tanaman tersebut dapat diperoleh di sekitar kita atau menanam sendiri. Membelinya juga mudah karena sekarang telah berdiri toko obat khusus yang menjual ramuan herbal atau di pasar-pasar tradisional. Telah banyak penyakit dari ringan sampai berat dapat diatasi tanaman obat.
ISI
A.Morfologi Pala (Myristica fragrans)
Pala ( Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropic yang memiliki 200 species, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota rindang, dengan tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bahagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm dengan panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm.

Klasifikasi tanaman pala:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans
Tanaman pala termasuk golongan tanaman berjenis kelamin tunggal, meskipun terdapat pula tanaman berjenis kelamin ganda. Berumah dua, yang memiliki perbedaan yang jelas antara pohon betina dan pohon jantan. Tanaman pala betina di tandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal (mendatar), sedangkan tanaman pala jantan di tandai dengan cabang-cabangnya yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Keterangan:
A = Pohon pala betina, yang ditandai dengan pertumbuhan
Cabangnya secara horizontal (mendatar).
B = Pohon pala jantan, ditandai dengan cabang-cabangnya yang
mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Di samping tanaman pala jantan dan betina, terdapat pula yang campuran dimana tanaman jantan akan dapat menghasilkan bunga betina, tetapi jarang terjadi tanaman betina berbunga jantan.



Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3 -9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai bulat, panjangnya berkisar antara 1,5 - 4,5 cm dengan lebar 1- 2,5 cm. Kulit biji berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihan sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala.

B.Jenis-Jenis Pala di Indonesia

Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, dan Myristica fattua Houtt adalah jenis-jenis pala yang dianggap penting karena bernilai ekonomis, sehingga jenis-jenis inilah yang banyak diusahakan. Jenis-jenis pala lainnya yang kurang/tidak bernilai ekonomis sehingga jarang diusahakan, antara lain : Myristica malabarica Lam, Myristica specioca Ware, Myristica sucedona 81 dan lain-lainnya.
a. Myristica fragrans Houtt.
Para petani pala kebanyakan menyebutnya sebagai pala asli, jenis ini merupakan jenis umum yang diusahakan di Indonesia. Penyebarannya yang merata ini disebabkan karena pala yang dihasilkan baik dalam bentuk biji maupun fuli, memiliki mutu yang tinggi, karenanya jenis inilah yang paling banyak diminta pasar dunia. Dari jenis ini dikenal pula jenis- jenis pala daerah antara lain:
- Pala Raja, fulinya cukup tebal dengan biji kecil.
- Pala Meraya, buahnya merangkai-rangkai, tetapi jenis ini sudah
sangat langka.
- Pala Bui, bentuk bijinya bulat panjang, berasal dari pohon campuran.
- Pala Pencuri, kulit biji tidak rata dan fulinya tidak menutup buah.
- Pala Holland, dikenal pula dengan nama pala putih karena warna fulinya putih. Fuli ini akan berubah warnanya menjadi kuning setelah di jemur.
b. Myristica argentea Ware.
Jenis pala ini banyak dijumpai di Irian Jaya, tinggi pohonnya mencapai 15 m dan dapat tumbuh pada ketinggian daerah 700 m di atas permukaan laut. Selain Irian Jaya, pala jenis ini juga terdapat di Seram dan beberapa daerah di sekitarnya. Fuli dari jenis ini disebut fuli liar, karena kualitasnya yang berbeda serta aroma kurang halus dibandingkan dengan pala jenis Myristica fragrans Houtt. Kandungan minyak etheris dari fulinya hanya 6,5%. Pala jenis ini terutama dihasilkan menjadi NUT MEG BUTTER. Pala jenis ini termasuk yang mendapat pasaran dalam perdagangan.
c. Myristica fattua Houtt.
Jenis pala ini di Maluku disebut pala jantan atau pala utan, di Pulau Jawa buahnya sering dipakai sebagai ramuan bahan jamu.
d. Myristica specioga Ware.
Banyak dijumpai di pulau Bacan, tidak ekonomis, karenanya tidak banyak diusahakan.
e. Myristica sucedona BL.
Pala jenis ini sering pula disebut pala Halmahera, tergolong pala eksport.
f. Myristica malabarica LAM.
Pala jenis ini berasal dari Malabar, bijinya lonjong, tidak memiliki aroma, karenanya tidak diperdagangkan.

C.Syarat Tumbuh
1.Kondisi Tempat Tumbuh
a.Tinggi Tempat
Tanaman pala, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 700 meter di atas permukaan laut.
b.Tanah
Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan :
- Lapisan atas top soil cukup dalam.
- Cukup tersedia unsur hara.
- Drainasenya baik.
- Udara dalam tanah cukup tersedia.
Tanaman pala juga akan tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organik tinggi. Pada tanah-tanah yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila di imbangi dengan pemupukan dan perawatan yang baik.

2. Iklim Tempat Tumbuh
a. Suhu
Daerah-daerah penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama, yakni berkisar antara 18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang dengan baik di daerah tropis, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi ±20º C sampai 30º C.
b. Curah hujan
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan tajam dan curah hujan tinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya. Curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala ±2175 mm sampai 3550 mm/tahun.
c. Angin
Tanaman pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuai diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan tanaman terganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk tanaman akan jatuh berguguran. Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering keras, penanaman pohon penahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun tanaman pelindung yang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala, karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara.
d.Ketersediaan Air
Tanaman pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada areal pertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian, untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itu tanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup. Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantu
mengatasi ketersediaan air.

D.Manfaat Tanaman
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15 % minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji).
Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan fulinya bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikan dan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya.


Gambar 4. Buah pala
1) Kulit batang dan daun
a.Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.
b.Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
2) Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri
3) Biji pala
a.Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah.
b.Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa
nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah
4) Daging buah pala
a.Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala,
marmelade, selai pala, Kristal daging buah pala.


E.Pemanfaatan Pala sebagai Tanaman Obat Tradisional
Sesuai dengan beberapa manfaat tanaman pala yang terdapat di atas, maka pala dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, diantaranya penyakit reumatik, asam urat, disentri, maag, menceret, menghentikan muntah, mual, mulas, perut kembung, suara parau (penggunaan obat luar) dan insomnia pada anak-anak. Adapun beberapa ramuan obat tradisional yang menggunakan pala (Myristicum fragrans) sebagai bahan bakunya antara lain:
1.Maag
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 1 gram
Buah Pisang Batu (serbuk) 6 gram
Air 100 ml
Cara pernbuatan: diseduh.
Cara pemakaian: diminum 1 kali sekali 100 ml.
Lama pengobatan: diulang selama 30 hari.
2.Menghentikan Muntah dan Mulas
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 1 sendok teh
Garam sedikit
Air secukupnya
Cara pembuatan: diseduh.
Cara pemakaian: diminum bersama ampasnya.
3.Suara Parau (Serak)
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 2 butir
Rimpang Jahe (dikukur) 3 rimpang
Bunga Kuncup Cengkih (serbuk) 7 biji
Air 50 ml
Cara pembuatan: diseduh.
Cara pernakaian: diborehkan pada leher; bila perlu, ditambah minyak kayu putih sedikit.
Lama pengobatan: diperbarui setiap 3 jam.
4.Asam Urat
Jahe merah 15 g
Kulit kayu manis 1 jari
Cengkeh 5 butir
Kapulaga 5 butir
Biji pala 5 g
Daun cocor bebek 4 g
Air 3 gelas
Cara pembuatan: direbus semua bahan sampai airnya tersisa ½ gelas kemudian disaring.
Peringatan: tidak dianjurkan penggunaan dengan takaran berlebihan.

PENUTUP
Kegunaan pala sebagai hasil hutan non kayu yang bernilai ekonomis, ternyata tanaman ini digunakan juga oleh masyarakat sebagai bahan pembutan obat tradisional. Penyebaran pala banyak terdapat di daerah Indonesia Bagian Timur, khususnya di Papua dan Maluku. Pala yang terdapat di Indonesia jenisnya cukup beragam dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hingga saat ini pemasarnnya sampai ke luar negeri.
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Inilah yang menjadi sumber pendapatan bagi petani pala (Myristica fragrans), khususnya yang ada di Indonesia bagian Timur.
Dalam pemanfaatannya sebagai obat tradisional, maka bagian pala yang paling banyak digunakan adalah buahnya. Seluruh bagian buahnya dapat dimanfaatkan. Mulai dari fuli, kulit buah, biji buah.sedangkan untuk penggunaan yang lainnya, seperti minyak atsiri dan kayu bakar, maka yang dapat digunakan adalah batang dan kulit batang dari tanaman pala ini.
Untuk pengobatan secara tradisional atau herbal, pala ini sangat baik digunakan. Namun penggunaannya dengan campuran ramuan lainnya. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan bahan ramuan pala ini, antara lain: maag, asam urat, rematik, batuk atau serak, dan beberapa yang lainnya.
Pengobatan menggunakan ramuan herbal tidak mempunyai efek samping, tetapi dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk kesembuhan suatu penyakit. Untuk itu ketepatan dosis dan aturan pakai pun sangat mutlak dipatuhi untuk memaksimalkan khasiat tanaman atau tumbuhan yang digunakan dalam terapi herbal.
Penggunaan tanaman obat ini sebenarnya sudah diterapkan oleh nenek moyang dari zaman ke zaman denagn memanfaatkan hasil alam kita. Oleh karena itu mari kita lestarikan budaya tradisional kita dalam pemanfaatan hasil alam Indonesia untuk mensejahterakan kehidupan bangsa dan khususnya untuk kesehatan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2008. Tanamn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar