PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara disebut “Mega Biodiversity” setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia, yang mana dari setiap jenis tersebut terdiri dari ribuan plasma nutfah dalam kombinasi yang cukup unik sehingga terdapat aneka gen dalam individu. Secara total keanekaragaman hayati di Indonesia adalah sebesar 325.350 jenis flora dan fauna. Keanekaragaman adalah variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumber daya, termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya. Sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka alam, suaka margasatwa,taman nasional, hutan lindung, dan sebagian lagi bagi kepentingan pembudidayaan plasma nutfah, dialokasikan sebagai kawasan yang dapat memberi perlindungan bagi keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi daripada keanekaragaman sumber daya hayati di Amerika maupun Afrika tropis, apalagi bila dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan dingin.
Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia secara keseluruhan ditaksir sebanyak 25.000 jenis atau lebih dari 10 persen dari flora dunia. Lumut dan ganggang ditaksir jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40 persen dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia saja dan tidak terdapat di tempat lain di dunia.
Dari sekian banyak jenis-jenis tumbuhan yang ada sebagian besar terdapat di kawasan hutan tropika basah, terutama hutan primer, yang menutup sebagian besar daratan Indonesia. Hutan ini mempunyai struktur yang kompleks yang menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga memungkinkan beranekaragam jenis dapat tumbuh di dalamnya. Dari sekian banyak jenis tumbuhan yang ada banyak terdapat di dalamnya jenis-jenis yang kisaran ekologinya sama tetapi banyak pula yang berbeda. Jenis-jenis tertentu mempunyai kisaran penyebaran yang luas dan menduduki berbagai macam habitat dan seirama dengan itu pula jenis semacam ini biasanya mempunyai variabilitas genetika yang tinggi.
Dari keanekaragaman sumber daya hayati di hutan primer tersebut tidak hanya terbatas pada jenis tumbuhan berkayu, namun juga ditumbuhi oleh beranekaragam tumbuhan bawah yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. Tumbuhan bawah juga menjadi salah satu bagian dari fungsi hutan. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang sangat tinggi menyebabkan adanya kemungkinan masih banyak jenis-jenis tumbuhan bawah lainnya yang belum teridentifikasi, sehingga kita tidak mengetahui dengan jelas bagaimana keanekaragaman tumbuhan bawah yang sebenarnya.
Dalam hal melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis tumbuhan bawah yang juga merupakan bagian dari keanekaragaman sumber daya alam hayati maka perlu dilakukan pengukuran-pengukuran, baik itu pengukuran secara langsung terhadap organisme yang bersangkutan ataupun dengan cara mengevaluasi indikator-indikator yang ada. Berbagai aspek yang dapat diamati dalam rangka pengukuran keanekaragaman sumber daya hayati adalah: jumlah jenis, kerapatan atau kelimpahan, penyebaran, dominansi, produktivitas, variasi di dalam jenis, variasi atau keanekaragaman genetik, laju kepunahan jenis, nilai jenis atau genetik, jenis asli (alami) atau asing, dan berbagai indikator lainnya.
Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum yang berjudul “Analisis Keanekaragaman Tumbuhan Bawah” ini adalah untuk menghitung dan mempelajari keanekaragaman tumbuhan bawah pada tingkat jenis.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ekologi umumnya diversitas mengarah ke diversitas spesies, pengukuran melalui jumlah spesies dalam komunitas dan kelimpahan relatifnya. Ide diversitas spesies berdasarkan asumsi bahwa populasi dari spesies-spesies yang secara bersama-sama terbentuk, berinteraksi satu dengan lainnya dengan lingkungan dalam berbagai cara menunjukan jumlah spesies yang ada serta kelimpahan relativenya. Meskipun demikian, diversitas komunitas pada umumnya diukur dengan memakai pola distribusi beberapa ukuran kelimpahan (individu, biomas, atau produktivitas) di antara spesies (Ewusie, 1990).
Aspek ekosistem sebagai suatu kesatuan komunitas biotik dan abiotik perlu dikembangkan dalam pengelolaan hutan tanaman sejenis dan seumur agar tujuan pengelolaan dapat tercapai. Tumbuhan bawah merupakan komponen penting dalam ekosistem hutan yang harus diperhitungkan perannya. Kehadiran tumbuhan bawah diharapkan dapat mengurangi keberatan-keberatan terhadap hutan sejenis dan seumur yang secara ekologis sangat rentan. Komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah ikut menentukan struktur hutan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada fungsi ekologis hutan (Polunin, 1997).
Di daerah yang keanekaragam spesies tumbuhannya besar, disitu sering terdapat jumlah spesies hewan yang besar pula. Hal ini disebabkan dengan cara yang bagaimana pun, setiap spesies hewan mungkin bergantung pada sekelompok spesies tumbuhan tertentu untuk makan dan kebutuhan lainnya. Keanekaragaman tumbuhan bawah dan kecepatan dekomposisi serasah tumbuhan itu berpengaruh terhadap mekanisme kehidupan dalam ekosistem hutan. Dimana tumbuhan bawah berperan penting dalam siklus hara tahunan karena serasah tumbuhan bawah yang dikembalikan pada tanah mengandung unsur- unsur hara yang cukup tunggi (Soemarwoto, 1996).
Komunitas tumbuhan adalah unit-unit alam vegetasi dan merupakan benda nyata dan ini tampak dari kata-kata dalam pembicaraan sehari-hari seperti hutan, padang rumput, dan rawa. Tumbuh-tumbuhan yang akan ditanam di tempat tertentu tidak dapat dipilih secara acak dari flora suatu pulau, tetapi mereka akan membentuk suatu kumpulan yang pasti. Beberapa tumbuhan mempunyai penyebaran ynag luas (Loveless, 1993).
Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah jumlah jenis yang dapat ditinjau dari tingkat sebagai berikut:
1.Pada tingkat gen dan kromosom yang merupakan pembawa sifat keturunan.
2.Pada tingkat jenis yaitu berbagai golongan mahluk ynag mempunyai susunan gen tertentu.
3.Pada tingkat ekosistem atau ekologi yaitu tempat jenis itu melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor biotik dan abiotik.
Makin besar jumlah jenis, makin besar pula keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang terhimpun dalam pelbagai ragam tipe ekosistem berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung pada kehidupan. Dengan beranekaragaman ekosistem, terdapat pula keanekaragaman flora dan fauna. Hal ini juga kan menjamin semakin tinggi pula pembauran genetika yang akan memperkaya keanekaragaman hayati, yang akan mempertinggi pula ketahanan ekosistem terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Keanekaragaman cenderung akan rendah dalam ekosistem secara fisik terkendali biologi (Irwan, 1992).
Suatu kajian ekologi belumlah lengkap tanpa disertai analisis secara hati-hati mengenai asas yang mengatur bagaimana komunitas tumbuhan berkembang dan bagaimana mereka tumbuh untuk mencapai kedudukan tertentu. Dengan kata lain adalah penting untuk mengetahui proses yang menyebabkan adanya keteraturan pada komunitas tumbuhan, agar komunitas itu bukan sekedar merupakan kumpulan tumbuhan. Tampaknya ada tiga faktor besar yang memegang peranan penting. Ketiga faktor itu ialah ketersediaan bahan pembentuk koloni atau bahan penyerbu secara kebetulan, pemilihan bahan yang tersedia dalam lingkungan itu, dan pengubahsesuaian lingkungan itu boleh tumbuhannya. Keanekaragaman berarti keadaan berbeda atau mempunyai berbagai perbedaan dalam bentuk atau sifat. Keanekaragaman spesies di daerah tropika dapat dilihat pada dua tingkatan, yaitu jumlah besar spesies dalam wujud kehidupan sangat berbeda yang tidak titemukan pada bagian lain dunia ini (Mc.Naughton, 1990).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap organism. Hal ini menyebabkan kelimpahan relative suatu spesies, yang dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar spesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan system dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas (Irwanto, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar